Sekilas Sikap Merek Atas Keluarnya Inggris dari Uni Eropa

marketeers article
Sumber: Huffingtonpost

Keputusan Inggris keluar dari komunitas Uni Eropa tentunya akan memberi sejumlah dampak. Salah satunya lanskap bisnis. Keputusan yang berlandaskan pada hasil Referendum Brexit (Britain Exit) itu berdampak pada banyak hal.  Demikian juga dengan lanskap bisnis dan pemasaran yang selalu dipengaruhi oleh aneka perubahan – termasuk aspek political legal.

Banyak merek global sudah ancang-ancang melakukan strategi barunya.  Seperti dikutip dari CNN, misalnya, Samsung sudah bersiap memindahkan kantor operasionalnya yang berada di London keluar dari Inggris. Keluarnya kantor Samsung ini sebagai langkah untuk menyikapi penerapan tarif impor untuk produk yang masuk dari negara yang masih memakai mata uang sama di Uni Eropa.

Selain itu, mata uang Inggris Poundsterling dinilai sedang dalam kondisi melemah sehingga bisa membuat harga produk dan komponen tambah mahal.

Sementara itu, menurut The Wall Street Journal, perusahaan-perusahaan global, termasuk resto-resto ternama, menilai akan kena dampak dari keputusan tersebut.

McDonald Corp, misalnya, selama ini memiliki eksposur terbesar ke Inggrs dan Eropa dengan 35% laba operasional diperoleh di pasar Eropa. Angka ini lebih tinggi dibanding Starbucks Corp yang sebesar 4% dan Yum Brands Inc sebesar 6%. Yum Brands Inc merupakan perusahaan induk yang membawahi KFC, Pizza Hut, dan Taco Bell. Sementara, pendapatan McDonald’s 37% disumbang dari Eropa dan 9% dari Inggris. Komposisi pendapatan dan keuntungan akan ikut terkena dampak dari Brexit tersebut. Ini yang dinilai cukup mengkhawatirkan para pelaku resto berbendera global tersebut.

“Inggris merupakan tempat terbaik di Eropa untuk memulai dan mengembangkan bisnis. Meninggalkan Uni Eropa tidak diragukan lagi akan melemahkan kemampuan pengusaha Inggris untuk memulai, berinovasi, dan berkembang,” ujar Richard Reed, pendiri perusahaan minuman asal Inggris Innocent Drinks seperti dikutip dari Marketing Week.

Selain itu, keputusan itu juga bisa dinilai akan sedikit mengubah pola rekrutmen tenaga kerja di Inggris yang selama ini sudah diwarnai oleh tenaga-tenaga kerja dari Uni Eropa. CEO Rolls-Royce Torsten Muller-Otvos mengatakan Brexit akan berdampak pada sistem perekrutan dan tentu akan mendongkrak ongkos. “Kami memiliki karyawan dengan 30 kewarganegaraan. Ini akan berdampak juga pada mereka,” katanya seperti dikutip dari The Guardian.

Masa Depan Merek

Terkait masa depan merek, menurut Marketing Week, terjadi pro kontra di kalangan pemilik merek di Inggris sendiri. Menurut media ini, 31% pemasar senior Inggris mengatakan keputusan tersebut akan berdampak positif bagi bisnis mereka. Sementara, 42% meyakini dampak sebaliknya.

Kubu kontra menilai keputusan tersebut berdampak negatif. Pasar Inggris dinilai melakukan isolasi diri dan berjalan mundur. Keputusan itu juga dinilai larinya Inggris dari pasar global, menolak modernitas, dan mengencilkan salah satu kunci keuntungan pemasaran merek-merek Inggris di pasar luar negeri.

Kubu pro Brexit, di sisi lain, keluarnya Inggris dari Uni Eropa justru akan memberi napas baru bagi merek-merek Inggris. Bahkan, Brexit dinilai sebagai momentum untuk memperkuat posisi merek-merek Inggris dan pembaruan patriotik oleh merek-merek tersebut di pasar global.

Lalu, bagaimana dampaknya pada pasar luar Eropa, khususnya Asia dan Indonesia? Simak paparannya dalam tulisan-tulisan bertajuk “Brexit” selanjutnya.

Related

award
SPSAwArDS