Sektor Properti Kebanjiran Rp 70 Triliun dari Tax Amnesty

marketeers article
35497739 construction site

Periode pertama program pengampunan pajak atau tax amnesty telah berakhir pada September lalu. Di luar ekspektasi, dana repatriasi itu mencapai lebih 50% dari target. Hingga saat ini, sudah ada komitmen dana yang bakal masuk ke Tanah Air sekitar Rp 142 triliun.

Kendati memberikan sinyal positif, akan tetapi program ini tak serta-merta membuat ekonomi Indonesia terdongkrak naik pada akhir tahun ini. Pasalnya, butuh waktu bagi para pemilik uang untuk memarkirkan dananya ke berbagai instrumen investasi yang disediakan pemerintah.

Salah satu instrumen yang dipersiapkan adalah investasi properti. Pengembang properti optimistis, para pemilik modal akan menaruh uangnya ke industri yang merupakan salah satu penggerak sektor riil ini.

“Kami yakin, sektor properti akan dipilih mengingat indeks pertumbuhan sektor properti selama sepuluh tahun akhir berkisar 18%-20%, tak pernah di bawah 15%,” ungkap Ishak Chandra, CEO Strategic Development & Services Sinarmas Land saat ditemui Marketeers seusai peluncuran program Price Amnesty di Grand Indonesia, Senin (10/10/2016).

Ishak memperkirakan, sekitar Rp 70 triliun hingga Rp 80 triliun dana repatriasi akan mengalir ke sektor properti.  Tentu saja, suntikan tersebut akan menggairahkan kembali sektor properti yang sempat lesu sejak tahun 2014 hingga kini. “Sebagian dana itu akan masuk ke sektor residensial dan komersial,” paparnya.

Sektor properti, sambungnya, mulai menunjukkan tanda-tanda bangkit yang mana pada kuartal tiga tahun ini, pertumbuhannya 3%-5%. Ishak menilai, program tax amnesty menstimulus pertumbuhan tersebut.

“Saya memprediksi, sektor properti akan kembali rebound mulai tahun 2017. Karena siklus delapan tahunan sudah selesai. Akan tetapi, pertumbuhannya tidak sebesar tahun 2012-2013,” papar Ishak.

Selama ini, instrumen investasi perbankan menjadi pilihan bagi para wajib pajak yang melapokan kekayaannya. Akan tetapi, Ishak menilai, sektor properti, meskipun tidak bersifat liquid layaknya saham, namun memberikan imbal investasi yang tinggi dan stabil.

“Sektor properti bisa memberikan recurring income (peneriman bulanan) jika disewakan dengan yield yang meningkat tiap tahun. Apalagi, nilai aset properti selalu naik setiap tahun,” terangnya.

Di sisi lain, properti adalah satu-satunya kebutuhan primer yang bisa diinvestasikan. Sifat itu tidak ditemui di kebutuhan pokok lainnya, seperti sandang dan pangan.

“Saya yakin, 50% orang yang punya uang akan membeli properti sebagai invstasi. Tanya saja,” imbuh Ishak.

Di sisi lain, Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch menilai, uang Rp 70 triliun yang masuk ke sektor properti akan meningkatkan kapitalisasi pasar properti 1,5 kali lipat pada tahun 2017. Adapun, rata-rata kapitalisasi pasar properti nasional sekitar Rp 150 triliun per tahun.

Nilai itu, katanya, belum termasuk dana-dana di luar repatriasi yang telah dideklarasikan. Artinya, aliran dana ke sektor properti tentunya tidak harus selalu berasal dari dana repatriasi.

“Para obyek pajak yang telah mendeklarasikan hartanya pun tetap memiliki uang yang selalu siap untuk segera diinvestasikan ke sektor properti, khususnya yang menyasar segmen menengah atas,” terang Ali.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS