Semen Indonesia Sulap Limbah Kota Jadi Energi Alternatif

marketeers article
Semen Indonesia (FOTO: Dok Semen Indonesia)

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) kembali membuktikan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan. Perseroan memanfaatkan sampah kota, biomassa, hingga limbah industri sebagai bahan bakar alternatif berupa refuse-derived fuel (RDF).

Langkah ini tak hanya mendukung pelestarian lingkungan, tetapi juga berkontribusi besar dalam pengurangan emisi karbon lewat produksi semen ramah lingkungan.

BACA JUGA: Semen Indonesia Bagikan Dividen Senilai Rp 648,75 Miliar

Vita Mahreyni, Corporate Secretary SIG, menyampaikan bahwa pengelolaan sampah dan limbah yang tidak tepat dapat mengancam kelestarian lingkungan dan menimbulkan dampak sosial, seperti penyakit yang mengganggu kesehatan masyarakat.

Namun, prinsip ekonomi sirkular membuka peluang untuk mengolah sampah dan limbah menjadi produk bernilai. SIG menerapkan prinsip ini dengan memanfaatkan RDF, biomassa, serta limbah industri sebagai sumber energi alternatif dalam operasional produksinya.

BACA JUGA: Semen Indonesia Klaim 38% Produknya Rendah Karbon

Pemanfaatan energi alternatif ini menjadi bentuk tanggung jawab SIG terhadap pelestarian lingkungan sekaligus mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), penyebab utama perubahan iklim.

Selain RDF, SIG juga menggunakan limbah industri seperti copper slag, fly ash, bottom ash, dan paper sludge sebagai bahan baku alternatif. Inisiatif ini sekaligus menunjukkan keseriusan SIG dalam mendukung transisi menuju energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Pada tahun 2024, SIG mencatatkan penggunaan total bahan bakar dan bahan baku alternatif mencapai 2 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 0,5 juta ton merupakan bahan bakar alternatif.

Inisiatif ini sukses meningkatkan thermal substitution rate menjadi 7,56%, naik dari 7,27% pada tahun sebelumnya. Capaian ini menjadi bagian dari transformasi SIG untuk menghasilkan produk semen hijau yang berkelanjutan.

“Penggunaan bahan baku dan bakar alternatif menjadi bagian penting dalam perjalanan transformasi SIG untuk menghadirkan produk semen hijau yang ramah lingkungan. Saat ini, Tingkat emisi karbon yang dihasilkan dari produksi semen PCC SIG sebesar 494kg CO2/ton semen, atau lebih rendah dibandingkan rata-rata semen konvensional sebesar 800kg CO2/ton semen,” ujar Vita melalui keterangan resmi, Kamis (5/6/2025)

Emisi karbon produk semen PCC SIG juga tercatat lebih rendah hingga 38% dibandingkan emisi karbon semen konvensional. Lebih lanjut, Vita menjelaskan, penggunaan bahan alternatif ini juga membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan sampah serta memberi manfaat ekonomi bagi petani lewat pemanfaatan limbah pertanian yang berpotensi menghasilkan gas metana jika dibiarkan.

Upaya ini memberikan kontribusi besar dalam pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, RDF juga menjadi solusi bagi daerah dalam mengatasi timbunan sampah kota, keterbatasan lahan TPA, serta risiko bau dan penyakit.

Pemanfaatan limbah industri pun mendukung SIG dalam mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas industri serta mendorong pembangunan industri yang lebih berkelanjutan. Berbagai upaya ini menegaskan posisi SIG sebagai perusahaan yang aktif menjaga keseimbangan alam.

Untuk memperkuat komitmen tersebut, SIG menghadirkan Nathabumi, divisi pengelolaan limbah ramah lingkungan yang dijalankan oleh anak usahanya, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.

Nathabumi menangani berbagai jenis limbah, baik B3 maupun non-B3 termasuk sampah kota, limbah pengeboran minyak, serta menyediakan layanan laboratorium limbah. Sistem co-processing yang digunakan memanfaatkan panas tanur semen hingga 1.500 derajat Celcius, mampu menghancurkan limbah tanpa meninggalkan residu.

“SIG menyadari bahwa upaya pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa, termasuk pelaku industri. Oleh karena itu, sebagai perusahaan yang memiliki kemampuan dan pengalaman, SIG siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk berkontribusi dalam pencapaian Net Zero Emission 2050 melalui penerapan prinsip ekonomi sirkular,” ujar Vita.

award
SPSAwArDS