Semester I Tahun 2022, Penjualan Rumah Naik 12%

marketeers article
Ilustrasi properti. (FOTO: Dok 123rf)

Perusahaan rintisan (startup) jual-beli properti, Rumah123.com menyebutkan sepanjang semester I tahun 2022 terjadi peningkatan penjualan rumah antara 8% hingga 12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Adapun segmen yang paling laris diburu masyarakat, yakni rumah dengan harga Rp 400 juta hingga Rp 1 miliar.

Bharat Buxani, SVP Marketing Rumah123.com mengungkapkan kondisi yang sama juga terjadi pada persewaan properti yang mengalami peningkatan. Dari sisi segmen rumahnya pun sama, yaitu properti dengan harga Rp 400 juta hingga Rp 1 miliar.

“Kenaikan masih fluktuatif selama enam bulan pertama, ada bulan yang mengalami kenaikan ada pula yang menurun. Namun, secara kumulatif penjualan naik 8% hingga 12%,” ujar Bharat kepada Marketeers, Senin (1/8/2022).

Menurutnya, salah satu hal yang memengaruhi naiknya penjualan dan sewa rumah adalah mulai dibukanya kembali aktivitas ekonomi setelah dipukul pandemi COVID-19. Hal yang sama juga terjadi pada kegiatan perkantoran sehingga masyarakat kembali menyewa rumah-rumah di dekat pusat perkantoran.

Secara kumulatif, apabila kondisi seperti ini terus berlanjut hingga akhir tahun diperkirakan penjualan dan sewa rumah meningkat sebesar 14% hingga 17%. Kendati demikian, pertumbuhan akan dipengaruhi oleh stimulus-stimulus yang diberikan pemerintah.

“Kami sebagai property market place sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah dan lembaga keuangan untuk tetap memberikan stimulus agar permintaan properti terus naik. Itu sangat mendesak karena 70% pembelian rumah masih menggunakan kredit perumahan rakyat (KPR),” tuturnya.

Ancaman Kenaikan Harga

Meningkatnya penjualan rumah pada paruh pertama tahun 2022 diperkirakan mendapatkan berbagai tantangan. Di antaranya seperti ekonomi yang masih belum pulih sepenuhnya dan inflasi yang terus meningkat.

Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia menuturkan Amerika Serikat (AS) tengah mengalami ancaman resesi ekonomi yang ditunjukkan dengan naiknya inflasi. Untuk menangani permasalahan tersebut, Federal Reserve atau The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga secara agresif dalam waktu dekat.

Kebijakan tersebut telah berdampak pada kenaikan bahan baku properti di Tanah Air. Sebagian besar material yang harus diimpor dari luar negeri mengalami kenaikan 5% hingga 10%.

“Harga bahan baku sudah ada penyesuaian harga sekitar 5% sampai 10% karena gejolak ekonomi di AS. Kalau ini berlangsung sampai berapa saat kemungkinan akan berimbas pada harga jual propertinya juga, padahal kan sekarang kemampuan masyarakat untuk membeli juga tidak sebagus sebelum pandemi COVID-19. Jadi memang pukulan yang bertubi-tubi bagi industri properti,” ujarnya.

Dampak kenaikan tingkat suku bunga masih belum berdampak langsung pada penjualan properti. Sebab, Bank Indonesia (BI) masih belum menerapkan kebijakan serupa. Hanya saja, apabila kondisi semakin tidak menentu BI pun terpaksa bakal mengambil kebijakan yang sama.

Alhasil, kata Ferry, akan berdampak pada penjualan harga properti secara langsung yakni naiknya uang muka dan cicilan rumah. Kendati demikian, dia masih belum menghitung berapa perkiraan kenaikan cicilan yang bisa terjadi ketika kondisi ekonomi semakin memburuk.

“Saya belum punya angkanya untuk menghitung berapa kenaikannya tapi ini bukan reaksi yang instan. Biasanya nanti butuh reaksi beberapa saat dan itu ada reaksi dari market. Jadi kita semua harus tunggu semoga ini tidak terlalu panjang sehingga efeknya tidak terlalu terasa,” tutur Ferry.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS