Sentimen Positif Konsumen Indonesia Cenderung Menurun

marketeers article

Di tengah tren VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) saat ini, ada penelitian yang menyebut bahwa konsumen Indonesia bersikap lebih optimis menghadapi tahun 2018. Hasil survei yang dirilis Inside ID menyatakan bahwa 58% konsumen memberikan respon positif terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

Survei bertajuk “Understanding Indonesian Consumers Outlook 2018” itu dilaksanakan pada 10 November-20 November 2017 dan dilakukan melalui survei panel yang diisi oleh 600 responden secara online di seluruh wilayah Indonesia.

Andres Christian, Head of Business Unit Inside ID mengatakan hanya 15% responden yang memberikan respon pesimis terhadap kondisi ekonomi nasional. Sisanya, sebanyak seperempat dari total jumlah responden memilih netral.

Meski masih lebih besar, akan tetapi sentimen optimisme konsumen menurun drastis dari tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, 86% responden memberikan respon yang positif terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

Andreas menerangkan, berdasarkan hasil riset bertema “Understanding Indonesian Consumers Outlook 2018” itu, responden mengklaim kondisi ekonomi rumah tangga mereka cukup baik. Sementara itu, hanya 14% responden yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga mereka buruk.

“Ini menjadi tantangan besar untuk menghadapi setidaknya tahun 2018 dan 2019 yang mana sebagian besar konsumen di Indonesia beranggapan tahun tersebut adalah tahun politik,” terang dia.

Ia menekankan perlunya kehati-hatiaan dalam menyikapi data tentang optimisme perekonomian dari sudut pandang konsumen. Sebab, ada inkorelasi antara tingkat pendapatan dan pengeluaran konsumen setiap bulan di Indonesia.

Sebab sebagian besar responden mengaku bahwa pada tahun 2017 pendapatan mereka mengalami kenaikan. Akan tetapi, dari data yang mereka peroleh, 54% mengaku bahwa kenaikan pendapatan yang diperoleh tidak signifikan.

Hanya 8% responden yang mengatakan bahwa pendapatan mereka setiap bulan naik signifikan. Sementara itu, sisanya menyampaikan bahwa pendapatan bulanan mereka tidak berubah atau justru mengalami penurunan.

Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 32% pendapatan bulanan yang didapatkan responden dihabiskan untuk biaya konsumsi kebutuhan pokok bulanan seperti kebutuhan sandang dan pangan. Sedangkan 29% lagi digunakan untuk kebutuhan rutin bulanan seperti biaya telepon, listrik, dan pulsa.

Setelah mengalokasikan untuk biaya rutin dan kebutuhan pokok, rata-rata sebanyak 13% dari pendapatan mereka digunakan untuk membayar kartu kredit maupun cicilan bulanan. Setelah itu, sisanya baru dialokasikan untuk investasi, asuransi, maupun pembelanjaan tersier seperti berwisata bersama keluarga.

“Dengan kata lain, meski konsumen di Indonesia memiliki kenaikan pendapatan, namun nampaknya biaya bulanan yang mereka konsumsi juga meningkat,” jelas Andres.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

 

Related

award
SPSAwArDS