Seperti Apa Perilaku Konsumen Kecantikan Indonesia?

marketeers article
The cosmetologist applies the carbon nanogel to the skin of the clients face. Preparation for laser treatment of the skin. Carbon face peeling.

Perkembangan industri kecantikan Indonesia kian kinclong seiring dengan pertumbuhan berbagai klinik dan produk kecantikan di Indonesia. Customer behavior dari konsumen industri ini pun penting untuk dipahami. Bersama MarkPlus Inc, ZAP Clinic melakukan survei terhadap 17.889 perempuan Indonesia untuk mengenal anxiety dan desire dari mayoritas konsumen ini. Kira-kira seperti apa fakta yang ditemukan di lapangan?

Lebih Percaya Beauty Blogger Dibandingkan Rekan

Sebelum membeli produk kecantikan (online dan offline), konsumen perempuan di Indonesia cenderung mencari review produk secara online (73,2%). 55% perempuan menggunakan Instagram dan 41,6% menggunakan YouTube. Demam product review yang digawangi oleh para beauty blogger ternyata membawa pengaruh pada kepercayaan konsumen Indonesia pada produk atau klinik kecantikan. 40,9% mengaku lebih mempercayai informasi yang diberikan beauty blogger dibandingkan teman mereka (38,1%).

Keputusan Pembelian Cenderung Dipengaruhi Rekan Dibandingkan Beauty Blogger

Meskipun konsumen perempuan lebih aktif berselancar di media sosial untuk melihat review para beauty blogger, nyatanya hal ini tidak begitu berpengaruh pada keputusan pembelian. 18,4% dari mereka mengaku lebih terpengaruh teman dalam memutuskan untuk membeli produk kecantikan dibandingkan beauty blogger (12,5%).

Berbelanja Kosmetik di Media Sosial VS Toko Resmi

Soal lokasi berbelanja kosmetik, ternyata perempuan Indonesia masih cenderung memilih gerai resmi dibandingkan media sosial. 54% dari mereka mengaku masih membeli kosmetik di gerai resmi, sementara 21% lain mengaku membeli kosmetik di media sosial.

Kartu Debit Jadi Favorit

Kartu debit ternyata menjadi alat pembayaran yang masih digemari perempuan Indonesia dalam berbelanja produk kecantikan. Sebesar 63,4% responden dari usia <18 tahun, 18-23 tahun, generasi X dan millennial mengaku menggunakan kartu debit saat melakukan transaksi di sektor kecantikan. Yang menarik, 15,5% remaja (<18 tahun) telah menggunakan kartu kredit untuk membayar produk kecantikan yang mereka beli.

Tren Label Halal

Menangkap anxiety dan desire dari target pasar merupakan kewajiban bagi brand. Salah satu tren yang bisa ditangkap dari industri kecantikan saat ini adalah “label halal”. Kembali pada mayoritas penduduk Indonesia yang merupakan kaum muslim, tuntutan akan produk berlabel halal pun kini menjadi keharusan bagi brand kecantikan. Meski hanya 27,0% perempuan berusia 36-55 tahun yang berharap agar pelaku indsutri kecantikan memberi label halal pad produk mereka, para pemain di sektor ini nampak sudah mengerti dan berbondong-bondong bergerak ke arah sana.

Keamanan Produk VS Harga Murah

ZAP Beauty Index menemukan mayoritas konsumen perempuan Indonesia lebih mementingkan produk kecantikan dibandingkan harga yang murah. Meski 64% dari mereka mementingkan keamanan produk, namun perempuan remaja (<18 tahun) masih lebih mementingkan harga murah.

Pada akhirnya, para pemain dari industri apapun harus mampu menangkap dan memenuhi anxiety dan desire dari target konsumen mereka. Jika tidak peka dan tak bisa memberikan solusi, bersiaplah untuk kehilangan kue besar di pasar.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS