Being single doesn't mean you're lonely. Pepatah itu setidaknya mencerminkan tren baru di dunia travel, yaitu meningkatnya solo travel alias berwisata sendiri. Menurut survei Visa Global Travel Intentions Study tahun 2015, 24% wisatawan mengaku berwisata sendiri pada musim liburan terakhir. Angka ini meningkat dari 15% pada tahun 2013.
Survei TripAdvisor terakhir juga mengungkapkan, 48% perempuan di Asia Tenggara (Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand) mengakui bahwa mereka pernah berwisata sendiri. Angka ini meningkat 12% dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 36%. Hampir setengah dari perempuan di Asia Tenggara yang disurvei berencana melakukan dua sampai empat solo travel tahun ini. Sebagian besar perempuan ini beralasan, berpergian sendiri mampu memberikan mereka kebebasan untuk dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan.
Kesendirian bukan berarti kesepian. Meningkatnya tren solo travel tentunya ditangkap oleh pemain industri perhotelan. Beberapa hotel mulai memberi perhatiannya kepada para solo traveler dengan menciptakan suasana kondusif. Salah satu caranya adalah dengan menyajikan fasilitas yang mampu membuat mereka terlepas dari ketergantungan terhadap berbagai gadget, baik ponsel, WiFi, mapun televisi. Sehingga. mereka dapat berkontemplasi dan melakukan self-discovery.
Sebaliknya, ada hotel yang memanfaatkan teknologi canggih sebagai cara memperkaya pengalaman para tamu selama menginap di hotel. Mereka dapat merasakan kehangatan melalui pengalaman yang sangat terhubung melalui kecanggihan teknologi media dan telekomunikasi.
Sebenarnya suatu hal yang lumrah apabila hotel telah menawarkan digital check-in melalui ponsel sebelum tamu tiba di hotel. Dengan menghemat waktu, tamu hotel dapat menikmati pelayanan lain yang lebih personal, tidak perlu menunggu atau mengantri untuk proses check-in secara fisik. Alhasil, mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk menjelajahi tempat-tempat wisata di dekat hotel.
Selain melakukan kontemplasi dengan tenang dan menikmati berbagai sentuhan teknologi, kadang kala ada hal sederhana yang dibutuhkan para tamu, yaitu suasana malam yang hangat. Makanan dan minuman juga dapat menciptakan suatu kejutan dan kesenangan bagi para tamu. Setidaknya, hal itu yang menjadi perhatian serius bagi operator hotel asal Spanyol, Meliá Hotels International.
“Kami ingin restoran-restoran kami dengan keberadaannya di lokasi-lokasi tertentu ini menjadi yang terbaik di kelasnya,” ucap Alex Hugot, Vice President Global Brand Management Meliá Hotels International.
Alex mencontohkan, restoran Rong Palace di Hotel Gran Meliá Xi'an menawarkan para tamu menikmati masakan khas Sichuan, Kanton, dan Shanxi. Selain itu, ada restoran Dos Cielos di Hotel Meliá Barcelona Sky yang menyajikan sajian michelin star kreasi saudara kembar Javier dan Sergio Torres. “Para solo traveler sekarang tidak perlu pergi keluar hotel jauh-jauh untuk mencicipi dan menikmati cita rasa lokal,” terang Alex.
Meskipun status single sudah menjadi stereotip bagi solo traveler, namun banyak dari solo traveler masa kini yang sudah mempunyai pasangan atau sudah menikah. Industri ini pun telah memberikan perhatian pada hal tersebut. Misalnya, banyak destinasi wisata dan hotel yang menawarkan program perjalanan untuk solo traveler, dari mulai kegiatan kebugaran, wisata, belajar memasak, bersantai di pantai, perawatan spa, serta membaca buku di deras pribadi.
Bagi mereka yang ingin berkelana dan mengelilingi tempat-tempat baru, namun sulit untuk melakukan navigasi, hotel pun kini menawarkan ponsel ber-GPS aktif dengan panduan ke tempat wisata maupun ke restoran yang ‘wajib’ dikunjungi.
Sementara itu, beberapa hotel memberikan nomer kontak duty manager yang dapat dihubungi tamu melalui telepon. Untuk para solo traveler yang lebih ingin berlibur tanpa ada beban, tersedia pilihan resor all-inclusive yang mengajak para tamu bersantai dan menikmati segala sesuatu yang ditawarkan resor atau hotel.
Apakah Anda tipe solo traveler? Jika iya, fasilitas apa yang Anda harapkan tersedia di hotel-hotel?
