Solusi Cepat Pangkas Biaya Energi dan Kurangi Emisi Industri

marketeers article
Ilustrasi biaya energi (Sumber: 123RF)

Sektor bisnis di berbagai belahan dunia tengah menghadapi tekanan besar yang tidak pernah dialami sebelumnya akibat peningkatan biaya energi dan urgensi perubahan iklim. Sebuah laporan terbaru dari the Energy Efficiency Movement menunjukkan peningkatan efisiensi energi pada sektor industri merupakan cara tercepat dan paling efektif untuk memangkas biaya energi dan emisi gas rumah kaca.

The Energy Efficiency Movement adalah forum global yang terdiri dari sekitar 200 organisasi yang berbagi ide, praktik terbaik, dan komitmen untuk menciptakan dunia yang lebih hemat energi.

Di dalam laporannya yang bertajuk “Industrial Energy Efficiency Playbook”, terdapat 10 aksi nyata yang dapat dilakukan sektor bisnis dalam meningkatkan efisiensi energi, mengurangi beban biaya, dan menurunkan emisi saat ini. Hal ini dilakukan dengan mengandalkan solusi teknologi yang terintegrasi dan tersedia secara luas yang menjanjikan imbal hasil serta rasio pengembalian investasi (ROI) yang cepat dan mampu digunakan dalam skala besar.

“Efisiensi energi adalah solusi terbaik bagi perusahaan dan upaya pengendalian perubahan iklim,” ujar Kevin Lane, Senior Program Manager, Energy Efficiency International Energy Agency (IEA) dalam laporannya.

Kevin melanjutkan, di saat sektor industri menghadapi urgensi dalam menghadapi isu perubahan iklim di seluruh lini –antara lain melalui penggunaan energi terbarukan, investasi dalam proses rendah karbon, serta pengembangan model bisnis sirkular– efisiensi energi muncul sebagai peluang terbaik. Langkah ini dinilai dapat berfokus pada prospek bisnis jangka pendek terhadap upaya pengurangan emisi.

BACA JUGA: Dukung Transisi Energi RI, ADB Setujui Pinjaman US$ 500 Juta

10 aksi konkret dalam laporan tersebut memetakan solusi hemat biaya yang dapat digunakan dalam skala cepat untuk membantu perusahaan mewujudkan ambisi pengendalian dampak perubahan iklim menjadi sebuah tindakan konkret.

Menurut IEA, sektor industri merupakan konsumen listrik, gas alam, dan batu bara terbesar di dunia, yang bertanggungjawab terhadap 42% total permintaan listrik global, atau setara dengan lebih dari 34 exajoules energi. Industri besi, baja, kimia, dan petrokimia merupakan pengguna energi tertinggi di lima negara konsumen energi terbesar di dunia, yaitu Cina, Amerika Serikat, India, Rusia, dan Jepang.

Konsumsi energi tersebut menyebabkan peningkatan beban biaya di tengah kontraksi inflasi dunia saat ini. Tidak hanya itu, hal ini juga mengakibatkan produksi sembilan gigaton CO2, setara dengan 45% total emisi langsung yang dihasilkan sektor pengguna akhir pada tahun 2021.

Rekomendasi dari para pemain

Laporan ini merupakan wawancara sejumlah organisasi multinasional antara lain ABB, Alfa Laval, DHL Group, IEA, Microsoft serta ETH Zürich, Institut Teknologi Federal Swiss. Para kontributor studi tersebut merekomendasikan beberapa solusi strategis, mulai dari audit energi hingga penentuan ukuran mesin industri yang tepat yang sering kali terlalu besar untuk melakukan proses produksi sehari-hari sehingga menyebabkan pemborosan energi.

Selain itu, memindahkan data dari on-site server ke cloud dapat membantu menghemat sekitar 90% energi yang digunakan sistem IT. Hal ini diperkuat dengan mempercepat transisi armada di sektor industri dari yang berbahan bakar fosil ke armada berbahan bakar listrik, mengganti boiler gas ke pompa panas, atau menggunakan penukar panas yang terpelihara dengan baik untuk mengotimalkan efisiensi.

Aksi lainnya mencakup pemasangan sensor dan pemantauan energi digital secara real-time untuk mengungkapkan apa yang disebut “ghost assets” pada saat penggunaan daya dalam kondisi stand-by, tidak seperti digital twin yang dapat mensimulasikan efisiensi tanpa mengganggu proses produksi.

Penggunaan solusi smart building untuk mengontrol sistem tenaga, penerangan, tirai dan pemanas, ventilasi, dan pendingin udara (HVAC) juga akan menghemat energi di fasilitas industri.

BACA JUGA: PLN Bentuk Unit Khusus untuk Transisi Energi Ketenagalistrikan

Rekomendasi lebih lanjut menyebutkan pemasangan variable speed drive untuk meningkatkan efisiensi energi pada sistem penggerak motor hingga 30%, yang dapat menekan beban biaya dan mengurangi emisi. Jika lebih dari 300 juta sistem kelistrikan industri berbasis motor yang beroperasi dapat diganti dengan penggerak motor yang lebih optimal dan memiliki efesiensi tinggi, hal ini akan mengurangi konsumsi listrik global hingga 10%.

“Saat ini, telah tersedia solusi efisiensi energi yang dapat membantu industri memitigasi perubahan iklim dan menurunkan biaya energi, tanpa mengorbankan kinerja dan produktivitas,” ujar Tarak Mehta, President, Motion Business Area ABB.

Melalui kemajuan teknologi dalam efisiensi energi, industri dapat melakukan peningkatan efisiensi secara signifikan melalui teknologi yang tersedia. Dengan demikian, tanpa perlu mematikan lampu dan menghentikan produksi untuk menghemat biaya, mengurangi penggunaan energi dan biaya dapat dilakukan.

Vice President, Head of Local Business Area, Motion, ABB Indonesia Chen Kang Tan menambahkan bahwa dampak peningkatan efisiensi energi bervariasi dari satu sektor industri ke lainnya. Upaya ini juga memberikan peluang efisiensi biaya dan emisi yang sangat besar. Ditambah lagi, mitigasi pengendalian dampak perubahan iklim oleh sektor industri sangat dibutuhkan di berbagai tingkatan mengingat berbagai manfaat yang dapat dihasilkan dalam waktu singkat dengan tingkat risiko yang minim.

“Seringkali kita berpikir telah melakukan upaya efisiensi secara optimal. Namun, perkembangan pesat teknologi dalam kurun waktu satu dekade terakhir membuka peluang efisiensi energi yang lebih besar. Teknologi yang dibutuhkan industri untuk mengoptimisasi efisiensi energi telah hadir, dan saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk mengimplementasikannya,” tutup Chen Kang.

Related

award
SPSAwArDS