Solusi IPC Tekan Biaya Logistik dengan Cara Door to Door

marketeers article

Biaya logistik Indonesia berdasarkan data World Bank pada tahun 2016 terbilang tinggi. Angka Logistics Performance Index Indonesia berada pada posisi ke-63 di dunia atau ke-empat di antara negara ASEAN lain. Operator pengelola pelabuhan PT Pelabuhan Indonesia ll Persero (IPC) pun merangkai cara menekan biaya logistik yang tinggi dengan mengganti teknik port to port menjadi door to door.

Score LPI Indonesia berdasarkan penelitian World Bank mencapai angka 2.94. Hal ini diungkapkan Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha IPC Saptono R Irianto di Jakarta, Rabu (26/07/2017) menjadi bukti nyata masih tingginya biata logistik di Indonesia. Menjawab persoalan ini, IPC pun melakukan integrated port network door to door.

Sumber: World Bank 2016

“Kami akan melakukan integrated port network door to door, bukan port to port lagi. Ini akan lebih efektif dalam hal kepastian waktu sekaligus menekan biaya pengiriman dan penerimaan barang,” terang Saptono.

Menurut Saptono, jika sebelumnya kegiatan supply yang dapat dikontrol sebatas antara pelabuhan asal dengan pelabuhan tujuan (port to port), dengan teknik door to door akan lebih efektif. Kegiatan supply chain dapat dikontrol dari pemilik barang ke tujuan (end to end process).

Implementasi yang dilakukan untuk merealisasikan program ini menurut Saptono terbagi ke dalam tiga fase, Chain Port, Integrated Port, dan Integrated Port Network.

Fase pertama (Chain Port) menurut Saptono diawali dengan proses standarisasi infrastruktur, membentuk pola operasi, aspek keuangan, komersial, tata kelola, dan Sumber Daya Manusia (SDM) pelabuhan. IPC juga berinvestasi di area kapal dan dockyard.

“Pada tahap ini, IPC juga melakukan improvisasi dalam jaringan pengiriman, navigasi pengiriman, keamanan, dan sistem keamanan selain memastikan profesionalisasi dan koordinasi dengan pelabuhan,” jelas Saptono.

Fase kedua (Integrated Port) menurut Saptono masih sama dengan fase satu. Perbedaannya, fase dua melakukan standarisasi SDM pada area industri. Selain itu, IPC juga melakukan kolaborasi dengan industri terutama yang menggunakan container, cold chain, dan petroleum.

“Pada fase kedua, IPC juga melakukan komersialisasi dengan menarik investor asing dan mengoptimalisasi penggunaan informasi teknologi. Ini bagian penting dari upaya pencapaian sistem ini,” kata Saptono.

Fase terakhir (Integrated Port Network) meliputi total supply chain to reduce national logistic cost, optimalisasi penggunaan IT dan komersialisasi.

Akankah inovasi ini berhasil menekan biaya logistik di Indonesia?

Related

award
SPSAwArDS