Startup Digital, Awalnya Tetap Berburu Pasar Secara Tradisional

marketeers article
54600650 smiling businessman in a suit chasing a fly swatter for that coin from him on the wings trying to fly

Memulai startup digital memiliki beragam cara. Tergantung bisnis apa yang dijalankan. Seperti halnya Seekmi yang bergerak di bidang marketplace untuk berbagai profesi mulai dari reparasi AC, laundry, sampai desain interior. Normalnya sebuah aplikasi untuk marketplace didatangi oleh para penyedia jasa untuk menjual “produk” mereka ke konsumen. Tapi tidak dengan Seekmi.

“Tidak, kami tidak memulai dengan dicari. Ketika mendirikan Seekmi pasti belum ada yang tahu maka saya dan co-founder saya berdua waktu itu yang mencari para penyedia jasa dengan keliling Jakarta. Mulai dari tukang reparasi sampai pekerjaan lain yang cocok dengan aplikasi kami. Mereka ditawarkan satu per satu untuk ikut bergabung dengan jaringan kami yang online. Jadi Seekmi menawarkan channel digital untuk meraih pangsa pasar lebih luas,” kenang CEO dan founder Seekmi Nayoko Wicaksono di Jakarta pada Selasa (9/8) 2016.

Tidak mudah memang karena masih banyak penyedia jasa sangat konvensional, terutama dari sisi teknologi. Tidak sedikit yang baru memiliki feature phone dibanding smartphone. Padahal, smartphone sangat dibutuhkan untuk tersambung ke aplikasi Seekmi yang berbasis Android dan iOS. Belum lagi yang menolak untuk ikut bergabung karena pemikirannya masih konvensional.

“Satu contoh begini, ketika datang ke sebuah penyedia jasa reparasi, pemiliknya adalah sang ayah. Tentu saja pemikirannya berbeda dengan anaknya yang sudah tersentuh dunia digital. Di situ sulitnya, anaknya mau tapi ayahnya sebagai pemilik tidak,” ujar Nayoko.

Cara bergerilya itu gampang-gampang susah. Membutuhkan effort cukup besar. Memang pada akhirnya Nayoko memiliki tim yang didekasikan untuk itu. Selain langsung mencari di lapangan, cara paling mudah adalah dengan melihat papan-papan iklan kecil yang biasanya ditempelkan di tiang listrik atau dinding jalan. Biasanya setelah lihat iklan, tim Seekmi tinggal telepon. Atau juga dengan mencari di internet langsung karena banyak juga penyedia jasa yang sudah menyediakan jasanya via internet.

Sampai sekarang hampir berjalan setahun, awareness Seekmi di penyedia jasa sudah cukup baik sehingga sebagai marketplace, merekalah yang akhirnya mendatangi sendiri dan mendaftarkan jasanya via digital. Tapi tetap menurut Nayoko jangkauan Seekmi ini hanya baru sekitar 30% saja di Jabodetabek. Artinya sekitar 70% penyedia jasa lain masih belum bergabung. “Sampai sekarang kami masih turun ke jalan. Bahkan, saya masih sering ikut,” ujar Nayoko lagi.

Kini sudah ada sekitar ribuan penyedia jasa tersedia di Seekmi dengan kategori pekerjaan mencapai ratusan. Walau sekarang berkonsep marketplace, ke depannya Nayoko akan mencoba untuk bergerak ke konsep on demand, seperti halnya GO-JEK dengan layanan pijat GO-MASSAGE dan pembersih GO-CLEAN. Tapi itu pun terbatas pada kategori pekerjaan dengan permintaan terbanyak. Selain itu dari tim yang hanya berdua, lalu berkembang menjadi 20 orang di awal tahun, kini Seekmi sudah memiliki 40 pegawai.

 

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS