Startup Lokal eFishery Tembus Tujuh Tahun Berdiri

marketeers article

Startup lokal di bidang akuakultur, eFishery merayakan tujuh tahun kehadiran bisnis mereka di Indonesia. Kemampuan eFishery dalam menjaga sustainabilitas bisnis mengantarkan perusahaan ini menjangkau puluhan ribu kolam ikan di lebih dari 180 kota yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia.

Sejak didirikan pada 2013, eFishery mengusung visi untuk menjadikan akuakultur sebagai sumber protein utama di dunia.

Semula, eFishery menyediakan solusi berupa Internet of Things (IoT) bagi pembudidaya ikan dan udang melalui alat pemberi pakan ikan dan udang otomatis (auto feeder) yang dapat dioperasikan melalui smartphone. Pengaplikasian alat ini di kolam budidaya diklaim eFishery mampu mengefisienkan penggunaan jumlah pakan dan mempercepat siklus panen sehingga pendapatan pembudidaya pun meningkat.

“Saya dapat menghemat pakan hingga 10% setiap siklusnya dan panen pun menjadi lebih cepat 74 hari setelah menggunakan feeder ini. Penghasilan saya pun ikut naik hingga 45%,” ungkap Suhardi, pembudidaya ikan patin di Kalimantan yang menggunakan jasa eFishery dalam keterangan resmi kepada Marketeers, Selasa (13/10/2020).

Photo Credits: eFishery

Kini, lebih dari lima ribu unit eFisheryFeeder telah tersebar di seluruh Indonesia dan lebih dari 1.500 pembudidaya ikan dan udang telah merasakan manfaat dari teknologi ini.

“Kami selalu mencari cara untuk dapat lebih mendukung para pembudidaya. Setelah melalui diskusi di lapangan, ternyata banyak pembudidaya yang mengungkapkan jika mereka kesulitan dalam mendapatkan akses pendanaan dari institusi finansial karena budidaya ikan termasuk sektor usaha yang high risk,” kata Gibran Huzaifah, CEO dan Co-founder eFishery.

Selain itu, banyak pula keluhan perihal kesulitan menjual hasil panen sehingga para pembudidaya terpaksa menjual ke tengkulak dengan harga yang sangat rendah. “Jadi tahun lalu kami mulai mengembangkan produk bernama eFisheryFeed, eFisheryFund, dan eFisheryFresh,” imbuh Gibran.

eFishery melalui eFisheryFeed bekerjasama dengan berbagai merek pakan ikan dan udang untuk mempermudah distribusi pakan. Pembudidaya dapat menyesuaikan jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan karena merek pakan yang tersedia lebih variatif. Selain itu, pembudidaya juga dapat memperoleh pakan dengan harga yang kompetitif. Saat ini, ratusan pembudidaya membeli pakan melalui eFisheryFeed secara reguler.

Sementara, eFisheryFund hadir guna menjawab keresahan para pembudidaya terhadap kesulitan akses layanan pembiayaan dari berbagai lembaga keuangan yang ada.

Photo Credits: eFishery

“Secara umum, lembaga keuangan tidak berkenan memberikan pinjaman untuk pekerja di sektor non-formal seperti pembudidaya ikan. eFisheryFund menghubungkan pembudidaya ikan secara langsung dengan lembaga keuangan untuk meningkatkan akses mereka terhadap pendanaan,” terang Gibran.

Komponen utama eFisheryFund adalah eFisheryKabayan (Kasih, Bayar Nanti) yang mengusung sistem yang serupa dengan sistem paylater.

eFisheryKabayan merupakan sebuah fasilitas yang menyediakan pembiayaan bagi pembudidaya ikan yang dapat digunakan untuk mendapatkan produk-produk eFishery, termasuk eFisheryFeeder dan eFisheryFeed. Sekitar 80% dari biaya produksi dihabiskan untuk pembelian pakan sehingga dengan skema ini pembudidaya diharapkan dapat terbantu dalam pengelolaan biaya pakan.

Hingga saat ini, lebih dari 500 pembudidaya telah didukung oleh eFisheryFund. Dalam kurun waktu enam bulan terakhir, loan approval eFisheryFund mencapai hingga Rp 50 miliar demi mendukung usaha para pembudidaya, khususnya di tengah pandemi COVID-19. 

Photo Credits: eFishery

Untuk mendukung layanan di hilir, eFishery menghadirkan eFisheryFresh sebagai platform online untuk menghubungkan pembudidaya ikan dan udang dengan pelanggan mereka (baik konsumen akhir hingga pedagang). Layanan ini memungkinkan kedua pihak, baik pembeli maupun pembudidaya, mendapatkan harga yang baik dan transparan.

Bicara soal sektor akuakultur, Gibran menilai, Indonesia memiliki potensi yang begitu besar di bidang ini. Indonesia merupakan produsen produk akuakultur terbesar kedua di dunia setelah China dengan potensi hingga US$ 1,2 triliun di sektor perikanan tangkap dan budidaya. 

Sayangnya, Indonesia Agritech Report 2020 menyebutkan, Indonesia kerap mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan produksi pangan bagi 260 juta orang penduduknya.

Pada 2050, populasi manusia diprediksi akan meningkat menjadi 10 miliar di seluruh dunia dan diperkirakan produksi pangan global akan membutuhkan peningkatan substansial sebesar 70%.

“Permasalahan ini lah yang menjadi salah satu fokus utama eFishery, startup akuakultur asal Bandung, untuk diselesaikan. Kehadiran startup perikanan seperti eFishery diharapkan mampu mengoptimalkan dan meningkatkan potensi yang ada saat ini,” ungkap Gibran.

Related

award
SPSAwArDS