Strategi ASRIM Jaga Stabilitas Industri Minuman Ringan Tanah Air

marketeers article
Konferensi pers Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM). (Dok. Marketeers/Vedhit)

Menghadapi bayang-bayang perlambatan ekonomi pada 2025, Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) menyiapkan strategi konkret demi menjaga keberlanjutan sektor minuman ringan.

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap potensi penurunan daya beli masyarakat yang dapat berdampak langsung pada performa industri.

ASRIM mencermati bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, yang hanya mencapai 4,87% secara year-on-year (yoy) pada triwulan pertama 2025, bisa menekan konsumsi, khususnya pada sektor makanan dan minuman. Dalam situasi seperti ini, industri minuman ringan menjadi salah satu sektor yang paling cepat merasakan dampaknya, baik dari sisi permintaan maupun biaya produksi.

Berdasarkan data Indeks Harga Produsen (IHP) untuk makanan dan minuman, terdapat kenaikan sebesar 0,56% secara kuartalan dan 2,84% secara tahunan, yang ikut mendorong naiknya harga jual.

BACA JUGA: 8 Minuman Alternatif Kopi untuk Penuhi Energi di Pagi Hari

Triyono Prijosoesilo, Ketua Umum ASRIM, mengungkapkan bahwa pelemahan di industri minuman ringan sebenarnya telah menunjukkan gejalanya sejak tahun 2023. Penurunan volume penjualan mulai terasa signifikan, terutama pada kategori minuman non-air minum dalam kemasan (non-AMDK), yang mengalami kontraksi hingga 4,4% di awal 2025.

“Momentum Ramadan dan Lebaran yang biasanya mendorong konsumsi, kali ini justru lesu, dengan pertumbuhan Indeks Penjualan Riil untuk makanan, minuman, dan tembakau hanya sebesar 1,3%,” ungkap Triyono dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/5/2025).

ASRIM menilai bahwa sinergi antara pelaku industri dan pemerintah menjadi semakin penting dalam menjaga stabilitas sektor ini. Ketidaksesuaian kebijakan fiskal maupun regulasi lainnya berpotensi menambah tekanan, bukan hanya bagi produsen, tetapi juga seluruh rantai pasok yang melibatkan banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).

Oleh karena itu, ASRIM mendorong terwujudnya kebijakan yang berbasis data dan dialog terbuka dengan regulator. “Kami percaya, dialog yang konstruktif dan saling memahami akan membantu industri bertahan dalam situasi ekonomi yang menantang,” tegas Triyono.

BACA JUGA: Bejo Jahe Merah, Solusi Puasa yang Nyaman berkat Minuman Bersensasi Hangat

Dalam konteks ini, ASRIM juga menekankan pentingnya peran pelaku usaha dalam menjaga daya serap tenaga kerja dan mendukung keberlangsungan UKM. Industri minuman ringan memiliki keterkaitan erat dengan para pemasok bahan baku, pengemas, hingga distributor skala kecil yang rentan terdampak oleh fluktuasi ekonomi dan perubahan kebijakan.

Dari sisi pemerintah, dukungan terhadap industri makanan dan minuman tetap berlanjut. Kementerian Perindustrian menyatakan akan terus menyesuaikan kebijakan fiskal dan nonfiskal dengan kondisi lapangan dan hasil evaluasi yang ada.

Bagi ASRIM, keseimbangan antara kepentingan pertumbuhan industri dan perlindungan publik merupakan kunci agar sektor ini bisa terus tumbuh, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian nasional.

Editor: Dyandramitha Alessandrina

award
SPSAwArDS