Strategi HSBC Dukung Sustainability lewat Climate Innovation Acceleration

marketeers article
Kick off program Climate Innovation Acceleration. (FOTO: Marketeers/Eric)

Indonesia memiliki komitmen kepedulian lingkungan yang dituangkan lewat enhanced nationally determined contribution (ENDC). HSBC pun ingin berkontribusi lewat beragam strategi yang berkaitan dengan aspek-aspek sustainability.

Francois de Maricourt, Presiden Direktur HSBC Indonesia mengatakan, kali ini HSBC ikut berperan dalam mencapai target ENDC lewat kolaborasi dengan Ecoxyztem dan Greeneration Foundation. Kolaborasi itu dilakukan untuk menggelar program yang disebut dengan Climate Innovation Acceleration (CIA).

Climate Innovation Acceleration sendiri merupakan sebuah rangkaian program akselerasi inovasi teknologi iklim (climate-tech) serta edukasi untuk memperbanyak talenta di bidang pekerjaan hijau (green jobs). Diharapkan, program ini bisa berkontribusi dalam membentuk ekosistem yang menunjang tercapainya lingkungan yang lebih baik.

BACA JUGA: HSBC Laporkan Laba Usaha Naik 108% pada Kuartal Terakhir 2022

Ia menekankan dalam 140 tahun perjalanan perusahaan di Indonesia, HSBC selalu mendukung para pengusaha dengan menjadi bank yang melayani aktivitas perdagangan mereka. Perusahaan pun menjadi saksi bagaimana dunia usaha berevolusi untuk terus tumbuh.

“Kini kita melihat ke depan, sebuah era dimana inovasi dan teknologi digital memegang peranan kunci, termasuk juga untuk melawan perubahan iklim. Untuk itu kita membutuhkan sebanyak mungkin pemimpin muda yang dapat bergabung dan memimpin perjalanan ini. Itulah sebabnya HSBC sepenuhnya mendukung program Climate Innovation Acceleration,” kata Francois de Maricourt dalam kick off program Climate Innovation Acceleration di Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Agar program yang digelar lewat akselerasi, implementasi, hingga impact exhibition ini bisa berdampak secara menyeluruh, maka CIA ditargetkan untuk dapat melibatkan lebih dari 3.000 mahasiswa di tujuh kota besar di Indonesia. Selain itu, program tersebut juga akan memberikan pendampingan dan access to market kepada 30 startups atau yang biasa di sebut ecopreneurs.

Mohamad Bijaksana Junerosano, President Director Ecoxyztem mengungkapkan, kerja sama ini merupakan sebuah langkah awal yang sangat positif. Pasalnya, kecepatan solusi permasalahan lingkungan harus tumbuh jauh lebih cepat dari pada permasalahannya.

“Dalam riset kami di Ecoxyztem, para ecopreneurs membutuhkan tiga bantuan penting, yaitu pendampingan metodologi pengembangan startup, akses kepada pemodalan, dan membuka akses ke masyarakat yang semuanya tercangkup dalam rangkaian program CIA ini,” ujar Junerosano.

BACA JUGA: Universitas Pertamina Didorong Bisa Tekankan Sustainability Skills

Selain dukungan secara program pendampingan, para startup juga diberikan peluang untuk mendapatkan dana implementasi proyek dengan total senilai Rp 450 juta, dan akses kerja sama dengan beberapa penyedia fasilitas publik.

Laksmi Dhewanthi, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memastikan Indonesia serius dalam menangani perubahan iklim.

“Melalui program Climate Innovation Acceleration, diharapkan solusi dan inovasi yang muncul dari mahasiswa dan startup climate-tech dapat berkontribusi dalam mendukung aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang sejalan dengan target ENDC 2030,” kata Laksmi Dhewanthi.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS