Strategi Jitu Brand Menangkan Pasar Sepanjang Ramadan Tahun 2025

marketeers article
Achmad Alkatiri, CEO Hypefast. (FOTO: Hypefast)

Ramadan selalu menjadi momen istimewa bagi masyarakat Indonesia, tidak hanya dari sisi spiritual, tetapi juga sebagai peluang bagi brand untuk mempererat hubungan dengan konsumen melalui strategi dan kampanye yang relevan.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar kedua di dunia, Indonesia mengalami lonjakan signifikan dalam aktivitas ekonomi selama bulan suci ini.

Menurut studi dari Redseer, rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia selama Ramadan diproyeksikan mencapai Rp 4,8 juta. Angka ini menunjukkan daya beli yang tinggi, sekaligus membuka peluang besar bagi brand untuk meningkatkan interaksi dan penjualan.

Achmad Alkatiri, CEO Hypefast, menegaskan bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat bagi brand untuk membangun koneksi lebih dekat dengan konsumen.

“Dengan tren belanja dan kebiasaan konsumen yang terus berkembang, brand perlu menerapkan strategi yang menyelaraskan semua channel yang dimiliki agar bisa memenangkan pasar Ramadan 2025 ini,” ujarnya dalam siaran pers kepada Marketeers yang dikutip pada Rabu (19/2/2025).

BACA JUGA: 5 Tradisi Unik Menyambut Ramadan yang Sarat Makna

Selama Ramadan, pola konsumsi masyarakat mengalami perubahan yang menarik. Data dari Think With Google menunjukkan bahwa 72% konsumen menganggap bulan ini sebagai waktu terbaik untuk mendapatkan penawaran menarik, sementara 78% lebih terbuka untuk mencoba brand baru.

Ini menjadi peluang emas bagi brand untuk memperkenalkan produk dan menjangkau audiens baru melalui strategi pemasaran yang lebih relevan.

Sebagai house of brands yang mendukung pertumbuhan brand lokal, Hypefast membagikan beberapa strategi bagi brand untuk memenangkan pasar Ramadan 2025. Salah satu tren yang semakin diminati adalah live shopping.

Data menunjukkan bahwa 46%-61% pengguna di kategori kecantikan, perawatan rumah, dan elektronik menemukan produk melalui demonstrasi langsung. Tren ini semakin kuat dengan data TikTok selama Ramadan 2024 yang mencatat lonjakan interaksi berkat fitur live shopping yang semakin digemari.

Selain itu, strategi pemasaran berbasis employee generated content (EGC) terbukti efektif dalam memperluas jangkauan dan meningkatkan kredibilitas brand. Dengan melibatkan karyawan dalam pembuatan konten yang autentik, brand dapat membangun kepercayaan sekaligus menghadirkan citra yang lebih dekat dan personal bagi audiens.

Optimalisasi hashtag juga menjadi elemen penting dalam meningkatkan visibilitas di platform digital. Di TikTok, misalnya, hashtag #takjil telah menembus angka 2,6 miliar views.

BACA JUGA: Mirae Asset Ungkap Saham Potensial Jelang Ramadan, Waktunya BUY?

Meski digital terus berkembang, pengalaman berbelanja langsung tetap menjadi pilihan utama bagi banyak konsumen Indonesia. Sebanyak 69% konsumen masih lebih memilih datang ke toko untuk melihat dan mencoba produk sebelum membeli.

Hal ini berkaitan erat dengan budaya Ramadan di Indonesia, di mana membeli pakaian baru untuk Lebaran menjadi tradisi yang melekat.

Peran Waktu dalam Efektivitas Kampanye Ramadan

Lebih lanjut, Achmad menekankan bahwa waktu promosi menjadi faktor krusial dalam efektivitas kampanye Ramadan. Perubahan pola konsumsi konten selama bulan suci turut memengaruhi kebiasaan belanja.

“Studi menunjukkan bahwa banyak orang mulai merencanakan pembelian sejak seminggu sebelum menerima THR. Dengan memahami pola ini, brand dapat menentukan waktu yang tepat untuk mengoptimalkan strategi promosi, terutama yang melibatkan penawaran spesial,” jelasnya.

Periode menjelang berbuka puasa dan waktu sahur menjadi dua momen utama di mana interaksi digital meningkat signifikan. Saat berbuka, banyak orang mengakses media sosial untuk mencari hiburan, informasi promosi, atau bahkan melakukan transaksi last-minute sebelum malam tiba.

Begitu pula saat sahur, ketika konsumen menghabiskan waktu sebelum ibadah dengan menelusuri konten, menonton video, atau berbelanja online.

BACA JUGA: 5 Manfaat Puasa Gula bagi Tubuh

“Memahami pola konsumsi ini memungkinkan brand untuk menyesuaikan strategi pemasaran digital mereka, mulai dari waktu unggahan hingga penayangan iklan, agar lebih relevan dengan kebiasaan audiens selama Ramadan. Kampanye yang diluncurkan pada jam-jam dengan tingkat keterlibatan tinggi memiliki peluang lebih besar untuk menarik perhatian dan meningkatkan konversi penjualan,” tambah Achmad.

Di sisi lain, pola konsumsi ini juga berdampak pada strategi pemasaran offline. Promosi di toko atau pusat perbelanjaan cenderung lebih efektif pada sore hari menjelang berbuka, saat banyak orang mulai mencari makanan dan kebutuhan lainnya.

Puncaknya terjadi seminggu sebelum Lebaran, ketika urgensi belanja meningkat drastis. Dengan memahami kebiasaan ini, brand dapat lebih strategis dalam menentukan waktu promosi untuk memaksimalkan dampak kampanye mereka.

Dengan mengadopsi nilai-nilai Ramadan, mengoptimalkan strategi pemasaran digital dan offline, serta memahami pola konsumsi yang unik selama bulan suci, brand dapat menciptakan kampanye yang lebih efektif dan memberikan dampak maksimal.

Editor: Eric Iskandarsjah Z

award
SPSAwArDS