PT JULO Teknologi Finansial (JULO), perusahaan yang bergerak di bidang teknologi finansial, mengambil langkah komprehensif untuk memperkuat sistem mitigasi risiko kredit di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif. Perusahaan mengoptimalkan sistem penagihan, meningkatkan akurasi underwriting berbasis teknologi, serta memperluas jangkauan layanan guna menjaga portofolio kredit tetap sehat dan terkendali.
Strategi ini tidak hanya berfokus pada menekan angka kredit bermasalah, tetapi juga memastikan proses penilaian kredit lebih selektif dan adaptif terhadap kondisi keuangan pengguna.
Harri Suhendra, Presiden Direktur JULO, menyampaikan bahwa perusahaan mengedepankan prinsip kehati-hatian, tidak hanya untuk menekan risiko gagal bayar, tetapi juga agar pengguna tetap bisa memperoleh solusi yang sesuai kemampuan mereka.
BACA JUGA: Perluas Jangkauan, Yadea Rilis Warna Baru dan Program Kredit
“Sebagai anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), kami terus menjaga komunikasi aktif dengan regulator dan mendukung kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga stabilitas industri,” ujar Harri dalam siaran pers kepada Marketeers, Senin (2/6/2025).
Sepanjang kuartal pertama 2025, JULO mencatat peningkatan signifikan pada jumlah agen penagihan lapangan hingga 48%. Peningkatan ini dibarengi dengan perluasan wilayah operasional untuk menjangkau lebih banyak pengguna.
Hasilnya, total pengembalian dari penagihan naik sebesar 56% dibanding kuartal sebelumnya. Seluruh proses tetap mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh OJK dan AFPI.
Untuk mendukung selektivitas dalam proses pemberian kredit, JULO menyempurnakan sistem underwriting berbasis machine learning. Teknologi ini digunakan untuk menganalisis pola perilaku pengguna secara real-time, sehingga keputusan kredit dapat diambil secara lebih akurat dan objektif.
Integrasi dengan Fintech Data Center (FDC) dan data kependudukan Dukcapil juga dimanfaatkan untuk memperkuat verifikasi identitas, mencegah penipuan, dan memastikan pemberian kredit sesuai kapasitas finansial pengguna.
Selain itu, sistem pengingat pembayaran dikembangkan secara lebih menyeluruh agar pengguna dapat mengelola kewajiban kredit dengan lebih baik. Langkah ini membantu mencegah denda keterlambatan dan mendorong disiplin finansial, terutama di tengah tekanan ekonomi yang tidak menentu.
Sementara itu, suku bunga tetap dijaga di bawah batas maksimum yang ditetapkan OJK, sebagai bagian dari upaya perusahaan dalam menyediakan layanan yang bertanggung jawab.
Saat ini, limit kredit yang ditawarkan mencapai Rp 50 juta dengan tenor hingga 12 bulan. Fitur layanan mencakup kebutuhan transaksi digital sehari-hari, seperti pembayaran e-commerce, tagihan listrik, iuran BPJS, dan biaya pendidikan. Pendekatan ini dirancang agar layanan tetap relevan dan mudah diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.
BACA JUGA: BNI Beri Kredit Rp 1,51 Triliun untuk VinFast Bangun Pabrik di Subang
Hingga akhir kuartal pertama 2025, JULO telah menyalurkan kredit kepada lebih dari 3,2 juta pengguna. Jumlah ini mencerminkan peningkatan dalam skala jangkauan dan kebutuhan layanan pembiayaan yang inklusif.
Di sisi lain, kolaborasi strategis dengan ekosistem digital seperti Grab dan DANA turut memperluas distribusi kredit dan memperkuat akses pembiayaan digital di berbagai lapisan masyarakat.
“JULO terus mengembangkan sistem penilaian risiko dan distribusi kredit yang bertanggung jawab. Kami ingin pertumbuhan bisnis tetap sehat dan aman, baik bagi pengguna maupun industri secara keseluruhan,” tutur Harri.
Editor: Dyandramitha Alessandrina