Upaya mendorong pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menembus pasar global menjadi perhatian utama Kementerian Perdagangan. Pemerintah menilai bahwa kolaborasi, penguatan produk, dan optimalisasi sumber daya nasional merupakan langkah strategis agar UKM mampu bersaing dalam ekspor.
Fajarini Puntodewi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, menekankan pentingnya harmonisasi antara inovasi produk dan strategi pemasaran. Ia mengingatkan bahwa penguatan sisi penjualan tidak akan berdampak jika produk yang ditawarkan belum siap.
“Yang saya khawatirkan adalah selling tanpa produk. Harus ada keseimbangan antara CIEL dan PIPM agar produk yang dihasilkan tidak hanya bisa dijual, tetapi juga layak dipasarkan,” kata Fajarini dalam Rakernas IMA 2025: Agile Marketing in Times of Global Distruption di Shangri-La Jakarta, Sabtu (14/6/2025).
BACA JUGA: Indonesia Tempati Peringkat 6 Eksportir Alas Kaki Dunia
Perubahan lanskap global, termasuk kebijakan tarif ekspor dari Cina dan ketidakpastian pasar negara-negara maju, mendorong pelaku usaha untuk beradaptasi cepat. Situasi ini membuka peluang baru sekaligus menuntut kesiapan sektor dalam negeri, terutama untuk memaksimalkan potensi unggulan seperti pertanian dan kelautan yang dinilai belum dimanfaatkan secara optimal.
Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar, namun belum seluruhnya terintegrasi dalam rantai pasok ekspor global. Untuk menjawab tantangan ini, Kementerian Perdagangan menilai pembinaan UKM menjadi krusial agar mampu memenuhi standar dan preferensi pasar internasional. “Kami berharap semakin banyak UKM yang mampu ekspor ke luar negeri,” ujar Fajarini.
Sejumlah langkah konkret telah disiapkan pemerintah, dimulai dari pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar global hingga tren konsumen yang terus berubah. Di sisi lain, peningkatan kapasitas pelaku usaha juga menjadi prioritas agar mereka tidak hanya mampu memproduksi dalam skala besar, tetapi juga bersaing dari sisi kualitas dan efisiensi.
Selain itu, akses pasar diperluas melalui diplomasi perdagangan serta penguatan jaringan internasional yang lebih aktif dan terstruktur.
Dalam upaya mempercepat integrasi UKM ke pasar ekspor, Kementerian Perdagangan juga menggandeng berbagai pihak, termasuk Indonesia Marketing Association (IMA). Organisasi ini dinilai memiliki posisi strategis sebagai penghubung antara pelaku usaha lokal dan jejaring mitra global.
Fajarini menyatakan optimismenya terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. “Kami optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 bisa mencapai 4,7%,” ungkapnya.
BACA JUGA: Fi Asia Thailand & Vitafoods Asia 2025 Dorong Ekspor Pangan Thailand
IMA diharapkan tidak hanya berperan pada sisi pemasaran, tetapi juga mampu memanfaatkan relasi internasional yang dimiliki anggotanya untuk membuka akses distribusi produk lokal ke berbagai negara. Pemerintah membuka ruang kolaborasi yang lebih luas, termasuk dengan para pakar yang memiliki pengalaman dalam menyusun strategi pemasaran.
Dalam hal ini, Fajarini menyebut Hermawan Kartajaya sebagai sosok yang memiliki kapasitas dan pengalaman untuk merancang pendekatan pemasaran yang relevan serta responsif terhadap kemajuan teknologi.
“Saya ucapkan terima kasih kepada IMA. Acara ini menjadi jawaban atas tantangan global yang menuntut pemasaran terus adaptif terhadap teknologi,” tuturnya.
Berbagai inisiatif yang tengah digerakkan menandakan komitmen pemerintah untuk menjadikan UKM sebagai bagian penting dalam transformasi ekspor nasional. Tahun 2025 dipandang sebagai momentum strategis untuk mendorong pertumbuhan ekspor nonmigas secara inklusif dan berkelanjutan, sekaligus mengakselerasi peran UKM sebagai penggerak ekonomi masa depan.