Strategi Marketing Bali di Balik Status Gunung Agung

marketeers article

Status Gunung Agung kian mendapat banyak perhatian sejak September lalu. Pasca dinyatakan berstatus Siaga Level lll oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejumlah hotel dan agensi mengaku mengalami peningkatan cancellation dari calon wisatawan. Lalu, strategi seperti apa yang dilakukan pemain industri pariwisata untuk menjawab tantangan ini?

Persoalan Gunung Agung dikatakan Chairman of Bali Sales and Marketing Community (Bascomm) Robin Rivai di Bali, Kamis (23/11/2017) menjadi challenge bagi industri pariwisata Bali saat ini. Bascomm menemukan, telah terjadi peningkatan cancellation. Bahkan, ada salah satu hotel yang kehilangan hampir dua ribu room night.

“Perhitungan bisnis di sini dilihat dari berapa banyak hotel yang bisa diraih dalam satu bulan. Laporan yang kami terima menunjukkan, ada satu hotel yang kehilangan hingga dua ribu room night di tengah isu ini,” terang Robin.

Senada dengan temuan Bascomm, survei STR pun menunjukkan sejak travel warning diumumkan pada awal Oktober lalu, pariwisata Bali mengalami penurunan.

“Data occupancy mengalami minus 7.5%, ADR masih plus diangka 2.8%, sementara RevLAR minus 4.9% selama oktober 2017 dan ada kecenderungan drop di bulan November,” jelas Christy Megawati, Business Development STR.

Persoalan ini diungkapkan Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata RI I Gde Pitana kian diperkeruh dengan pihak asing yang melebih-lebihkan isu ini. Ia melanjutkan, tidak ada yang bisa dilakukan selain melawan dengan memberi informasi positif sebanyak mungkin.

Komunikasi yang diberikan kepada masyarakat pun tak boleh sembarangan. Beruntungnya, Robin mengatakan seluruh pihak terkait di Bali telah bekerjasama untuk menangani masalah ini.

“Kami tidak bisa menjamin keamanan bagi para wisatawan. Namun yang dapat kami lakukan adalah mensinergikan kerjasama antara stakeholder pariwisata dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) untuk mengeluarkan statement yang dapat memberikan informasi kondisi real yang ada, ” jelas Robin.

Media sosial menjadi jalan bagi pemerintah dan stakeholder pariwisata untuk menyokong kondisi bisnis ini. Hashtag #IamInBaliNow dan #IamInBali adalah bentuk campaign mereka untuk menyelamatkan kondisi pariwisata Bali saat ini. Para pemain mulai mengunggah foto para wisatawan dengan hashtag tersebut guna menyebarkan konten positif.

“Campaign ini adalah hal yang bisa kami lakukan. Hashtag ini akan meredam kepanikan banyak orang sekaligus meyakinkan dunia kalau Bali itu aman, ” ungkap Robin.

Bentuk penyebaran informasi positif ini pun disokong oleh informasi resmi dari Menteri Pariwisata Arief Yahya melalui berbagai pernyataan resmi, termasuk press release yang disebarkan diberbagai media.

“Kami terus mengontrol persoalan Akses, Amenitas dan Atraksi (3A) terkait aktivitas Gunung Agung dengan melibatkan koordinasi antar lembaga. Kita tidak pernah meminta ada bencana,  tetapi kita harus siap dengan semua skenarionya,” kata Arief dalam pernyataan resmi Kemenpar.

Robin berpendapat, komunikasi positif ini harus terus dilakukan seluruh pihak terkait. Pasalnya, para pemain pariwisata Bali akan kehilangan peluang besar jika tidak melakukan ini, mengingat akhir tahun adalah ladang yang luas bagi sektor pariwisata Bali.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS