Strategi Menjadi Humas yang Tak Tergantikan AI

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) makin memengaruhi dunia kerja, tak terkecuali dalam bidang kehumasan. Di tengah arus digitalisasi yang cepat, peran staf humas kini dituntut untuk tetap relevan, adaptif, dan memiliki nilai tambah yang tidak dapat digantikan oleh mesin.

Pratiwi Damayanti, praktisi humas, menekankan bahwa teknologi bukanlah ancaman, melainkan alat bantu. AI memang mampu menghasilkan siaran pers secara cepat dan akurat, namun tetap tidak bisa menggantikan kemampuan manusia dalam membangun empati, memahami emosi, serta menjalin hubungan yang bermakna.

“Kalau ingin bertahan sebagai humas, jadilah humas yang manusiawi dan bisa membuat orang merasa didengarkan dan dipahami,” ujar wanita yang akrab disapa Dama tersebut, dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu (18/6/2025).

BACA JUGA: Pentingnya Menjadikan Personal Branding sebagai Kunci di Dunia Politik

Menurutnya, salah satu strategi penting agar humas tetap relevan adalah dengan menerapkan pendekatan yang berfokus pada pelanggan (customer focus). Artinya, humas perlu membangun hubungan profesional sekaligus hangat dengan menanamkan nilai pelayanan.

Lebih lanjut, Dama merinci lima tahapan dalam pendekatan customer focus yang efektif, yaitu membangun kesan pertama yang baik, menunjukkan empati, menawarkan solusi, mengeksekusi bantuan secara nyata, dan menjaga hubungan jangka panjang.

“Kemampuan mendengarkan dengan empati sering kali lebih dihargai ketimbang sekadar memberikan jawaban cepat tanpa kepedulian personal. Kalau energi kita di awal sudah positif, itu sudah setengah dari keberhasilan komunikasi,” jelasnya.

BACA JUGA: 7 Kursus AI Gratis untuk Tingkatkan Keterampilan

Selain itu, Dama mengingatkan bahwa keahlian komunikasi lisan dan tulisan saja tidak cukup. Staf humas juga perlu memahami data, statistik, serta indikator kinerja agar bisa menyampaikan informasi dengan bahasa yang relevan di tingkat pimpinan.

Ia lantas mendorong para humas untuk mulai menyusun Key Performance Indicator (KPI) yang terukur. Dengan demikian, kontribusi mereka akan lebih dihargai dalam pengambilan keputusan strategis.

“Tampilkan data. Buktikan bahwa satu staf humas bisa menghadapi ratusan email dan pertanyaan setiap harinya. Dari situlah kebijakan yang tepat bisa disusun,” ungkapnya.

Lebih jauh, Dama mengingatkan bahwa membangun citra institusi bukan hanya soal logo atau slogan, tetapi tentang nilai-nilai yang dijalankan secara konsisten. Ia menekankan pentingnya kampanye komunikasi yang sarat makna dan berdampak positif bagi publik.

Editor: Bernadinus Adi Pramudita

award
SPSAwArDS