Upaya Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Indonesia untuk menembus pasar global membutuhkan lebih dari sekadar produk berkualitas. Dari perspektif veteran ekspor, pelaku UKM, dan asosiasi marketing, terungkap bahwa kekuatan cerita atau storytelling, menjadi salah satu senjata utama agar produk lokal bisa diterima di pasar dunia.
Benny Sutrisno, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia, menyoroti pentingnya storytelling dalam menembus pasar ekspor. Ia mengisahkan pengalamannya membantu petani kopi di Jombang yang memiliki produk unik, namun kesulitan menembus pasar karena kurangnya cerita yang kuat di balik produk.
“Kalau storytelling-nya kurang, maka storyselling-nya juga akan kurang. Karena orang ingin tahu sejarahnya. Kita lihat di Jepang, batu kecil saja ceritanya banyak. Dan itu yang bikin produk jadi punya nilai lebih,” ujarnya saat di acara Rakernas Indonesia Marketing Association 2025, di Hotel Shangri-La Jakarta, Sabtu (14/6/2025).
Menurut pria yang sudah berkecimpung di dunia ekspor sejak tahun 1982 ini, konsumen global tidak hanya membeli produk, tetapi juga kisah dan makna di baliknya.
BACA JUGA: IMA Lanjutkan Komitmen Dorong UMKM Go Global lewat Marketing Unggul
“Kalau kita quality first, quantity will follow. Tapi kalau hanya kejar kuantitas tanpa cerita dan kualitas, produk kita akan sulit bertahan di pasar ekspor,” tambahnya.
Dari sisi pelaku di tingkat Usaha Kecil, Irena Surosoputra, CEO Cokelatin Indonesia, menegaskan pentingnya membangun cerita dan kepercayaan sebelum melangkah ke pasar luar negeri.
“Fokus ke rasa, kemasan, sama kapasitas produksi. Bangun trust dulu, sampai buyer dan customer merasa kualitasnya selalu stabil,” jelasnya
Merek yang sudah ia rintis sejak tahun 2016 ini ia rebranding menjadi Coklatin Signature. Dari situ, akhirnya ia mulai membuat brand story baru. Cerita bagaimana mereknya sudah sejak lama berkolaborasi dengan petani lokal, menjadi daya tarik bagi pembeli asing.
Keputusan strategis ini menjadi titik balik yang mengantarkan Cokelatin ke pasar internasional. Langkah berani dimulai tahun 2022 ketika mendapat kesempatan pameran di Boston, Amerika Serikat. “Tahun 2022, kami mendapat kesempatan untuk pameran di Boston, USA. Dari situlah sebetulnya, mungkin awal kami go global,” kata Irena.
Kini, Cokelatin telah berhasil menembus pasar Boston, India, dan Taiwan, bahkan produknya dapat dinikmati di hotel bintang lima. Yang terbaru, tiga dari empat varian produk Cokelatin telah lolos sertifikasi untuk pasar Jepang.
Ia juga menyoroti pentingnya legalitas dan sertifikasi sebagai syarat wajib menembus pasar luar negeri.
“Pasar ekspor itu prosesnya panjang, nggak seperti pasar lokal. Harus sabar dan terus belajar, karena kalau kita konsisten terus improve, peluang itu akan terbuka, baik di lokal maupun global,” ujarnya.
Sementara itu, Erik Hidayat, VP SME Entrepreneurship Indonesia Marketing Association menegaskan bahwa strategi pemasaran dan branding yang kuat harus didukung dengan storytelling yang tepat sasaran.
BACA JUGA: Penerapan Konsep CIEL di Sektor Publik dan Swasta: Study Case LAN dan Elizabeth International
“Enggak banyak memang produk-produk kita ini punya storytelling. Ini harus kita benahi,” kata Erik.
Ia menyoroti pentingnya riset pasar, targeting yang tepat, serta membangun brand yang mudah diterima pasar internasional. Ini dimulai dari riset-riset seputar pasar internasional, untuk memahami pasar tujuannya.
Menurutnya, negara-negara Eropa lebih cocok untuk produk premium, sementara negara Asia lebih value-oriented. Program IMA UMKM Award yang memasuki tahun ketiga telah membuahkan hasil nyata dengan banyak lulusan yang menjadi “petarung” dan berkembang dari skala kecil menjadi menengah.
Pungkasnya, kolaborasi antara asosiasi, pelaku UKM, dan pemerintah sangat penting agar UMKM siap ekspor dan mampu bertahan di pasar global yang sangat kompetitif.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz