Sun Life: Gen Z Indonesia Paling Rentan Secara Finansial

marketeers article
Laporan Sun Life Asia Financial Resilience Index terbaru. (Dok. Sun Life)

Laporan Sun Life Asia Financial Resilience Index terbaru menunjukkan Gen Z sebagai kelompok paling rentan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Mereka memiliki tingkat kepercayaan diri dan perencanaan keuangan jangka panjang yang paling rendah dibanding generasi lainnya.

Hanya 49% Gen Z di Indonesia yang merasa aman secara finansial. Persentase ini jauh di bawah Milenial (61%) dan Baby Boomer (63%) yang menunjukkan kesiapan lebih tinggi dalam menghadapi tekanan ekonomi.

BACA JUGA: Danamon Perkuat Inklusi Keuangan lewat Program Hadiah Beruntun

“Gen Z memiliki waktu yang panjang untuk merancang masa depan keuangan mereka, tetapi banyak dari mereka justru diliputi kekhawatiran dan keraguan,” kata Kah Jing Lee, Chief Client and Distribution Officer Sun Life Indonesia dalam siaran pers kepada Marketeers, Jumat (27/6/2025).

Sebagian besar Gen Z juga menunjukkan kecenderungan menghindari risiko dalam berinvestasi. Sebanyak 58% dari mereka mengaku sebagai investor konservatif, menunjukkan tantangan dalam menyeimbangkan risiko dan imbal hasil.

Sebanyak 29% Gen Z bahkan tidak mencari bantuan apa pun dalam mengambil keputusan finansial. Sementara 21% lainnya mengandalkan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI) untuk konsultasi keuangan.

Kondisi ini menunjukkan minimnya pemahaman dan dukungan yang dibutuhkan untuk membangun ketahanan finansial. Dibandingkan generasi lain, Gen Z lebih rentan dalam mengelola pengeluaran dan perencanaan masa depan.

Laporan yang dirilis Sun Life juga mencatat inflasi sebagai salah satu faktor utama yang memengaruhi pengelolaan keuangan masyarakat. Sebanyak 92% responden mengaku terdampak langsung oleh inflasi dalam kehidupan sehari-hari.

Sebanyak 46% responden menyebut inflasi berdampak besar pada kemampuan mereka memenuhi kebutuhan. Akibatnya, fokus masyarakat kini beralih ke pengelolaan keuangan jangka pendek.

Sebanyak 62% responden memprioritaskan pengeluaran harian di atas rencana jangka panjang. Rencana pensiun yang dulunya menjadi perhatian utama kini turun ke posisi kelima.

Sementara itu, menabung untuk dana darurat menjadi prioritas kedua tertinggi dengan 42% responden. Namun, perencanaan jangka panjang tetap tergolong minim di kalangan masyarakat.

Sebanyak 55% responden belum memiliki rencana keuangan lebih dari 12 bulan. Hanya 9% yang menyiapkan rencana keuangan hingga lebih dari 10 tahun ke depan.

“Laporan ini memperlihatkan adanya kesenjangan yang semakin jelas antara mereka yang secara aktif merencanakan masa depan finansialnya dan mereka yang masih terjebak pemenuhan kebutuhan sehari-hari,” jelas Kah Jing Lee.

Perbedaan ketahanan finansial sangat terlihat antara kelompok yang siap secara ekonomi dan yang tidak. Mereka yang memiliki ketahanan tinggi lebih siap menghadapi gangguan pendapatan atau situasi darurat.

Sebanyak 81% kelompok berketahanan tinggi merasa mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek. Bahkan 87% dari mereka yakin dapat mencapai tujuan finansial jangka panjang.

BACA JUGA: Dorong Literasi Keuangan, Citi Indonesia Gelar Kompetisi Inovasi

Sebaliknya, 68% dari kelompok berketahanan rendah mengaku tidak akan mampu bertahan lebih dari enam bulan jika kehilangan penghasilan. Hanya 15% dari mereka yang percaya diri mencapai tujuan finansial jangka panjang.

Temuan ini menunjukkan pentingnya literasi dan perencanaan keuangan sejak dini. Ketahanan finansial hanya bisa dicapai dengan dukungan informasi dan strategi yang tepat.

Editor: Dyandramitha Alessandrina

award
SPSAwArDS