Survei: 70% Pengusaha Keluhkan Bisnis Melambat karena Kejenuhan Internet

marketeers article
Sumber gambar: 123rf

Perusahaan infrastruktur dan TI global, NTT Ltd meluncurkan survei terbaru yang bertajuk Global Network Report 2022. Dalam laporan tersebut sebanyak 70% pengusaha di berbagai negara mengeluhkan adanya perlambatan bisnis akibat kejenuhan jaringan internet.

Amit Dhingra, Wakil Presiden Eksekutif di NTT Ltd. Network Services mengatakan laporan ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Jigsaw Research atas nama NTT Ltd dengan responden pada 21 negara di lima wilayah pada Juli dan Agustus 2022. Penelitian ini mencakup lima sektor industri, yakni ritel dan grosir, manufaktur dan otomotif, jasa keuangan, teknologi, serta kesehatan.

BACA JUGA: Konsumen Pakai Internet ICONNET, PLN Siapkan Undian Wisata Religi

Penelitian ini didasarkan pada sampel pembuat keputusan atau influencer jaringan di bidang teknologi informasi dan profesi bisnis yang lebih luas. Global Network Report 2022 NTT menunjukkan hasil survei terhadap lebih dari 1.300 profesional jaringan perusahaan global yang mengungkap kebutuhan akan modernisasi jaringan internet agar bisnis tetap tumbuh.

“Mayoritas atau 70% CEO global mengatakan jaringan yang jenuh berdampak negatif pada performa bisnis. Sebanyak 72% bisnis berkinerja terbaik sudah mengalihdayakan lebih dari setengah infrastruktur jaringan mereka dan tiga tren teratas yang mendorong modernisasi jaringan perusahaan adalah keamanan siber, platform cloud-native, private 5G, dan ruang kerja hybrid. Lalu, sebanyak 94% pemimpin bisnis semakin tertarik bermitra dengan Manage Service Provider atau provider spesialis,” kata Amit melalui keterangannya, Jumat (21/10/2022).

BACA JUGA: Anak Usaha SpaceX Starlink Berencana Masuk Indonesia Tahun 2023

Menurutnya,  dengan model kerja hybrid yang membuat lebih rentan terhadap serangan, maka keamanan jaringan internet menjadi komponen utama yang penting dalam arsitektur jaringan. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk beralih ke solusi keamanan berbasis cloud yang lebih terpusat dan model manajemen endpoint security, serta meningkatkan investasi mereka dalam keamanan siber jaringan.

Sebagian besar atau 93% pemimpin bisnis percaya bahwa ancaman baru akan mendorong peningkatan permintaan keamanan untuk jaringan perusahaan mereka yang membutuhkan tingkat kontrol akses dan inspeksi yang lebih dalam. Selain itu, responden melaporkan kekhawatiran tertinggi mereka adalah keamanan, modernisasi, dan akses ke paket layanan lengkap dari penyedia mereka. 

Dalam hal mengelola jaringan, lebih dari 90% eksekutif senior lebih memilih model network as a service, karena unggul dalam fleksibilitas untuk meningkatkan dan menurunkan skala. Kompleksitas dalam menerapkan AIOps yang efektif dan solusi otomatisasi, yang menyederhanakan operasi jaringan yang sedang berlangsung tetapi rumit untuk dikonfigurasi, membuat model network as a service lebih menarik.

“Tingkat investasi pada jaringan telah melonjak, dengan hasil penelitian ini menunjukkan banyak perusahaan cenderung membutuhkan mitra utama dan solusi layanan terkelola untuk memenuhi kebutuhan mereka. Terutama untuk mendorong keamanan dan mendapatkan akses ke keahlian yang dapat mengoptimalkan kemampuan dan mengakselerasi kemajuan berbasis inovasi,” ucapnya.

Amit menyimpulkan perusahaan harus mengalihkan perhatian mereka ke model network as a service. Bisnis harus mempertimbangkan keamanan, kompetensi keahlian, kemampuan untuk menskalakan, private 5G, dan software-defined networking saat memilih penyedia layanan jaringan.

“Dalam jangka panjang, blockchain, AI, dan otomatisasi lebih lanjut, AR dan VR, jaringan kuantum, 6G, serta komputasi fotonik akan memengaruhi cara jaringan dikirimkan,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS