Survei Cisco: Anggaran Perusahaan untuk Keamanan Siber Meningkat

marketeers article

Perubahan budaya kerja menjadi work-from-home (WFH) membuat banyak perusahaan harus memutar otak untuk membuat sistem baru. Pasalnya, mereka harus memastikan bisnis tetap berjalan dengan normal sembari menjaga keamanan siber mereka tetap aman.

Meski sudah banyak perusahaan yang telah beralih ke layanan cloud dan mempraktikkan budaya bekerja dari jarak jauh atau remote working jauh hari sebelum pandemi, kondisi ini tetap saja menjadi proses yang memakan waktu dan membutuhkan investasi yang tidak murah. 

Untuk memahami tantangan apa saja yang dihadapi oleh perusahaan di masa pandemi ini dan bagaimana mereka menyesuaikan strategi keamanan siber mereka, Cisco telah melakukan survei lebih dari 3.000 pengambil keputusan IT di 21 negara di dunia. Survei ini selanjutnya dituliskan ke dalam sebuah laporan berjudul ‘Future of Secure Remote Work’. Berikut beberapa rangkumannya.

Mempercepat persiapan infrastruktur keamanan siber

Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya kerja WFH tidak akan dengan mudah hilang pascapandemi. Lebih dari dua pertiga (62%) perusahaan di dunia melakukannya sejak awal pandemi pada Maret 2020. Angka ini meningkat drastis dari masa sebelum pandemi yang hanya berkisar di 19%.

Namun yang memprihatinkan adalah hanya kurang dari setengahnya yang mengaku telah memiliki infrastruktur keamanan siber yang memadai. 53% merasa cukup siap infrastruktur keamanan siber mereka dalam mengadopsi budaya kerja WFH.

Tidak heran jika hal ini sejalan dengan meningkatnya ancaman siber yang terjadi di masa pandemi. 61% perusahaan di dunia mengaku mengalami pelonjakan ancaman siber sebesar 25% atau lebih sejak awal masa pandemi.

Perlindungan untuk akses data perusahaan

Tidak sedikit karyawan yang terpaksa mengakses data perusahan menggunakan perlengkapan dan perangkat pribadi. Hal ini menjadi titik buta bagi tim keamanan siber perusahaan karena perlengkapan dan perangkat pribadi lebih sulit untuk dimonitor.

Tetapi yang menjadi tantangan terberat tim IT atau keamanan siber perusahaan adalah memastikan akses data perusahaan tetap aman selagi semua karyawan mengaksesnya, dari mana, kapan, dan menggunakan perangkat apa saja. 

62% perusahaan dunia merasakan hal ini dan tuntutan tersebut menjadi tekanan yang sangat tinggi bagi praktisi IT. Hasilnya, banyak praktisi IT yang harus rela bekerja lebih lama atau lembur untuk memastikan itu semua.

Namun dengan adanya tantangan ini, hadir pula peluang untuk melakukan transformasi. 85% pemegang keputusan IT mengatakan bahwa keamanan siber kini menjadi sangat penting, jauh lebih penting dari masa sebelum pandemi bagi perusahaan mereka. 

Dan, dua pertiga darinya mengatakan bahwa hal ini mengakibatkan perusahaan mau tidak mau harus meningkatkan  anggaran mereka untuk memperkuat infrastruktur keamanan siber.

Persiapan untuk budaya kerja yang baru

Dengan lebih dari sepertiga perusahaan di dunia mengatakan akan terus melakukan WFH pascapandemi, para praktisi dan pemegang keputusan IT dituntut untuk terus meningkatkan keamanan siber perusahaan guna mendukung masa depan bisnis yang lebih efektif, fleksibel, dan aman.

Cisco juga memberikan tiga rekomendasi bagi para praktisi dan pemegang keputusan IT yang bisa dilakukan dalam menghadapi era pascapandemi:

Pertama, masa depan budaya kerja akan menjadi lebih dinamis. Infrastruktur keamanan siber pun harus bisa melindungi semua karyawan yang terpencar di berbagai lokasi. 

Perusahaan harus membuat lingkungan kerja yang fleksibel dan aman dengan memberikan tingkat keamanan siber yang sama, baik saat mereka di dalam jaringan akses perusahaan ataupun tidak. 

Dengan Cisco Umbrella, misalnya, dapat membantu melindungi pengguna dari tujuan internet yang berbahaya, baik saat mereka ada di dalam atau di luar jaringan. Keamanan siber harus bisa menjadi jembatan yang memastikan perusahaan bisa mencapai potensi terbaiknya di masa pasca pandemi.

Kedua, kesuksesan fleksibilitas budaya kerja ada di persiapan, kolaborasi, dan edukasi. Para praktisi dan tim IT harus bisa menyediakan akses yang aman ke seluruh aplikasi dan layanan perusahaan. Keamanan, jaringan, dan kolaborasi sudah tidak bisa lagi dipisahkan, mereka harus berjalan beriringan. Perusahaan harus memiliki protokol dan kebijakan keamanan siber yang ketat.

Menggunakan Cisco Duo contohnya dapat memperketat keamanan karena akan memaksa pengguna memverifikasi identitas mereka dan membangun kepercayaan perangkat sebelum memberikan akses ke aplikasi. 

Selain itu, program edukasi karyawan mengenai keamanan siber juga mengambil peran penting dalam membangun budaya kerja WFH yang aman.

Ketiga, keamanan siber yang simpel dan efektif penting guna membangun ketahanan bisnis. Keamanan siber tidak bisa lagi hanya menjadi sekadar wacana. Keamanan siber harus menjadi fondasi atas proses digitalisasi bisnis dan budaya kerja perusahaan. 

Untuk mengurangi kemungkinan adanya pelanggaran keamaan siber secara internal maupun eksternal, perusahaan harus mencari cara mengurangi kompleksitas infrastruktur keamanan siber mereka.

Fungsi Cisco Advanced Malware Protection (AMP) sebagai endpoint misalnya bisa membantu hal tersebut dengan mencegah pelanggaran dan memblokir malware di titik masuk.

Dengan beragam cara ini, perusahaan dapat memperkuat keamanan siber guna keberlangsungan bisnis pascapandemi.

Related

award
SPSAwArDS