Survei Ungkap Pria Gen Z Lebih Banyak Gunakan AI di Tempat Kerja

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Gen Z, kelompok termuda dalam dunia kerja saat ini, dikenal sebagai generasi yang paling cepat beradaptasi dengan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI). Namun, penggunaan AI tidak selalu memberikan dampak positif.

Berdasarkan survei terbaru dari Resume Genius terhadap 1.000 pekerja Gen Z yang bekerja penuh waktu, ditemukan bahwa teknologi ini tak hanya mendongkrak produktivitas, tapi juga membuka celah bagi perilaku kerja yang tidak etis. Mayoritas pelakunya adalah pria.

Sebanyak 71% pria Gen Z menggunakan AI untuk mengatur jadwal serta menentukan prioritas tugas, sedangkan pada perempuan hanya berkisar 48%. Kemudian, 69% pria juga memanfaatkan AI untuk memeriksa dan mengevaluasi hasil kerja mereka, dibandingkan dengan 48% perempuan.

Di balik intensitas penggunaan tersebut, terungkap pula sisi gelapnya. Sebanyak 40% pria Gen Z mengaku pernah menyerahkan hasil kerja buatan AI dan menganggapnya seolah-olah karya sendiri. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dibandingkan perempuan, yang hanya berkisar 20%.

BACA JUGA: Perlakuan Buruk di Kantor Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Karyawan

Menariknya, pria juga cenderung lebih cemas terhadap masa depan mereka di dunia kerja. Lebih dari 40% pria Gen Z khawatir AI akan menggantikan posisi mereka, dibandingkan dengan 33% wanita. Selain itu, 23% pria merasa mereka tak bisa bekerja tanpa bantuan AI, sedangkan perempuan yang merasa demikian hanya 14%.

Eva Chan, pakar karier dari Resume Genius, menilai temuan tersebut sebagai pertanda bahwa AI kini telah menjadi penopang harian bagi banyak profesional muda. Ia pun mengingatkan bahwa ketergantungan pada AI bisa melemahkan kemampuan pengambilan keputusan dan kepercayaan diri generasi ini.

“Yang perlu dikhawatirkan bukan hanya ketika para pekerja mulai menyerahkan pekerjaan mereka, tetapi juga penilaian, keyakinan, bahkan suara mereka sendiri kepada AI,” ujarnya, dilansir dari Fast Company, Selasa (24/6/2025).

BACA JUGA: Gen Z Enggan Pensiun Total, Tren Flextirement Makin Diminati

Selain menemukan adanya kesenjangan gender dalam cara Gen Z memanfaatkan AI, survei ini juga mengungkap sisi gelap dari penggunaan teknologi ini. Sekitar 18% pekerja Gen Z bahkan mengaku tidak bisa lagi menyelesaikan tugas tanpa bantuan AI.

Jika AI dilarang, mereka pun menyatakan siap mengundurkan diri dari pekerjaan. Lebih lanjut, AI juga berdampak pada kesehatan mental, di mana sebanyak 23% responden mengaku bahwa penggunaan AI berpengaruh negatif terhadap kondisi mental mereka.

Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian Gen Z menggunakan AI secara tidak etis. Sekitar 31% responden mengaku pernah memakai AI dengan cara yang melanggar aturan perusahaan, seperti membagikan data internal.

Sebanyak 39% lainnya mengatakan mereka mengotomatisasi tugas tanpa izin atasan, bahkan 14% di antaranya melakukan hal ini secara rutin. Tak kalah mengejutkan, 30% dari responden menggunakan AI untuk membuat pekerjaan palsu demi terlihat produktif.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

award
SPSAwArDS