Tak Gentar Oleh Aturan TKDN, Ini Langkah Cerdas YOI

marketeers article

Pasar kabel serat optik di Indonesia kian potensial seiring dengan kebutuhan pasar yang terus meningkat. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia membutuhkan 9 juta km kabel serat optik per tahun. Namun, pemerintah tak mau terjerumus pada lembah impor. Peraturan Tingkat Komponen dalam Negeri (TKDN) pun dirumuskan. Sejumlah produsen jadi kewalahan, namun pemain baru kabel serat optik, PT Yangtze Optics Indonesia (YOI) justru bergerak cerdas dengan memposisikan diri sebagai produsen lokal.

Isu peraturan TKDN yang mengharuskan produsen atau vendor memenuhi jumlah komponen produksi dalam negeri tertentu pada produk mereka tengah hangat diperbincangkan. Selain telepon seluler, panel surya, televisi digital, LED, IoT, dan smart card, kabel serat optik pun dikatakan Airlangga menjadi jenis produk yang berpotensi mendapat aturan TKDN.

“Pasar fiber optik memiliki prospek yang cerah ke depan. Untuk itu, kami memilih kabel serat optik sebagai salah satu dari tujuh jenis produk yang berpotensi untuk dikembangkan melalui kebijakan penerapan TKDN,” ujar Airlangga  di Kawasan Suryacipta Industrial Karawang, Jawa Barat, Rabu (28/02/2018).

Pendapat Airlangga bukan tanpa alasan. Ia menilai, dengan populasi penduduk mencapai 250 juta dan pertumbuhan permintaan layanan broadband internet di Indonesia yang terus bertumbuh akan membawa peluang bagi bisnis kabel serat optik. Belum lagi proyek perluasan infrastruktur dari pemerintah (Palapa Ring) yang ditargetkan menjangkau 34 provinsi dan 440 kota atau kabupaten di seluruh Indonesia akan meningkatkan demand kabel serat optik di Indonesia.

Langkah Bijak YOI

Meski peluang di sektor ini begitu besar, sejumlah produsen terpaksa gigit jari dengan pemberlakukan aturan TKDN. Namun, tidak dengan YOI. Perusahaan ini berani menanam investasi mencapai lebih dari US$22 juta atau setara dengan Rp 300 miliar untuk membangun pabrik dengan local content di Indonesia.

“Kami berusaha memenuhi kebutuhan pasar Indonesia melalui proses produksi yang mengedepankan local content. Proses pembuatan dilakukan di Indonesia dan karyawan yang bekerja juga berasal dari Indonesia,” jelas Chairman of Board of YOFC Ma Jie.

Tidak hanya itu YOI pun, dikatakan The First Deputy CEO YOFC Jan Bongaerts, berupaya menjadikan Indonesia lebih dari sekadar pasar semata.

“Bukan untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar saja, kami ingin men-support pasar dengan memproduksi produk lokal di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan yang terus bertumbuh di sini,” tutur Bongaerts. Sejauh ini, YOI dapat memenuhi permintaan produksi hingga 2 juta km fiber.

Sebagai bentuk apresiasi sekaligus upaya peningkatan daya saing di sektor kabel serat optik dalam negeri, Airlangga mengatakan pemerintah akan memberi berbagai bentuk insentif. “Kami akan memberikan fasilitas insentif berupa Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) atas impor bahan danatau bahan untuk pembuatan kabel serat optik,” papar Airlangga.

CEO PT YOI Chen Hui Xiong berharap, dukungan pemerintah Indonesia dapat mendorong perusahaan untuk berkontribusi memajukan program pemerintah dalam membangun teknologi broadband dan infrastruktur telekomunikasi. “Semoga investasi kami ini turut berperan mendorong tumbuhnya industri komponen lokal di Indonesia,” ujar Chen. 

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS