Tak Sekadar Kejar Profit,Unilever Peduli Planet dengan brightFuture

marketeers article

Perubahan iklim selama satu abad terakhir telah menyebabkan kenaikan suhu global rata-rata sebesar 1°C  dan banyak dampak yang diakibatkan, seperti mencairnya lapisan es, meningkatnya permukaan laut hingga 17 cm, serta terjadinya banyak cuaca ekstrim. Melihat hal ini, Unilever tidak tinggal diam. Unilever mengumumkan kampanye terbarunya brightFuture. Kampanye ini bertujuan agar masyarakat lebih peduli terhadap permasalahan perubahan iklim, khususnya deforestasi yang merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ketiga berbahaya untuk atmosfer dan memperburuk perubahan iklim.

Upaya ini dilakukan Unilever sebagai bentuk nyata untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengurangi laju deforestasi. Unilever bekerjasama dengan WWF untuk menginspirasi konsumen dalam melindungi satu juta pohon di Brazil dan Indonesia.

“Kampanye brightFuture merupakan perwujudan dari Unilever Sustainable Living Plan (USLP) yang bertujuan mengajak jutaan orang di seluruh dunia untuk mewujudkan hari esok yang lebih cerah bagi anak-anak dan generasi mendatang. Program ini menerapkan cara hidup yang lebih lestari (sustainable) dengan menginspirasi masyarakat melakukan tindakan nyata,” kata Sancoyo Antarikso, Governance and Corporate Affairs Director PT Unilever Indonesia, Tbk.

Sementara itu, Marketing Director WWF Indonesia Devy Suradji mengatakan perlu adanya kerja sama berbagai pihak. “Untuk menyelamatkan lingkungan, penting bagi kita untuk menjalin kerjasama dengan seluruh pihak. Mulai dari masyarakat, pemerintah, industri, hingga organisasi. Sehingga, permasalahan lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup seluruh manusia dan bumi lebih mudah diatasi,”tutupnya.

Salah satu kerja sama yang akan dilakukan dalam kampanye ini adalah mengadakan aksi perlindungan pohon di Kawasan Hutan Lindung Sesaot, Lombok. Perlu diketahui, Lombok merupakan salah satu area yang suhu udaranya meningkat tajam akibat cuaca ekstrim. Tentu ini salah satu dampak nyata dari perubahan iklim. Agar kondisi memprihatinkan ini tidak semakin parah, diperlukan kepedulian berbagai pihak untuk segera bertindak dalam mengatasi perubahan iklim.

Lebih lanjut, Devy menjelaskan, Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan bagian dari kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda), mulai dari Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba dan Flores yang rentan terhadap perubahan muka air laut akibat perubahan iklim. Angka deforestrasi di NTB tidaklah sebesar pulau atau provinsi lainnya. Tetapi dengan angka rata-rata 25-30 ribu hektar per tahun sudah sangat mengkhawatirkan.

Mengingat keberadaan hutan di NTB sebagai bagian dari provinsi kepulauan (small islands) sangat penting sebagai daerah tangkapan air utama bagi hampir lima juta jiwa penduduk, selain mencegah pelepasan karbon dan menyerapnya. Selain dari itu saat ini tutupan hutan yang dalam kondisi bagus di NTB hanya tersisa 48%

Related

award
SPSAwArDS