Tak Siap, 57% Bisnis di Asia Pasifik Gunakan Outsourcing untuk Keamanan Siber

marketeers article
Tak Siap, 57% Bisnis di Asia Pasifik Gunakan Outsourcing Untuk Keamanan Siber (FOTO: 123RF)

Studi perusahaan keamanan siber Kaspersky menunjukkan 57% perusahaan di region Asia Pasifik berencana menggunakan layanan outsourcing untuk keamanan siber perusahaan. Salah satu alasan utama yang disebutkan adalah kurangnya staf keamanan TI yang berkualitas (24%).

Kaspersky melakukan penelitian untuk mempelajari pandangan para profesional keamanan TI yang bekerja untuk UKM dan bisnis di seluruh dunia mengenai dampak manusia terhadap keamanan siber di sebuah perusahaan. Survei ini mengumpulkan informasi tentang berbagai kelompok orang yang mempengaruhi keamanan siber, baik dari staf internal maupun faktor eksternal.

Penelitian ini juga menganalisis tingkat dan jenis keamanan online yang diyakini oleh para petinggi perusahaan sebagai investasi yang diperlukan. Sebanyak 234 responden dari Asia Pasifik disurvei.

BACA JUGA: Kaspersky Beberkan Prediksi Serangan Siber Pada 2024, Ini Detailnya

Dalam studi tersebut, lebih dari tiga perempat (77%) responden melaporkan perusahaan mereka pernah mengalami insiden keamanan siber dalam dua tahun terakhir, dan 87% di antaranya menilainya sebagai insiden serius. Beberapa pihak mengatakan alasan utama terjadinya insiden siber di perusahaan mereka adalah kurangnya alat yang memadai untuk mendeteksi ancaman (20%) dan kurangnya staf keamanan TI internal (24%).

“Bisnis di Asia Pasifik telah berjuang melawan kekurangan tenaga profesional keamanan siber lokal selama bertahun-tahun. Faktanya, pada tahun 2022, dilaporkan bahwa kawasan ini membutuhkan 2,1 juta lebih staf keamanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jelas sekali, hasil penelitian kami baru-baru ini memberikan angka pasti tentang bagaimana kesenjangan ini dapat berdampak buruk pada keamanan perusahaan,” kata Adrian Hia, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky dalam keterangan, Jumat (1/12/2023)

BACA JUGA: Studi: Kerugian Serangan Siber Bikin Perusahaan di Indonesia hingga Rp 15 M

Responden dari wilayah tersebut mengindikasikan berbagai langkah tepat akan dapat mengatasi kesenjangan keamanan siber, dan 32% di antara merek ingin melihat lebih banyak spesialis eksternal turut dilibatkan. Sepertiga lebih organisasi (34%) berencana untuk berinvestasi pada layanan profesional pihak ketiga, dan sebanyak 34% responden berencana untuk melakukan outsourcing keamanan siber mereka ke MSP/MSSP (Penyedia Layanan Terkelola/Penyedia Layanan Keamanan Terkelola).

Industri yang paling mungkin berinvestasi pada layanan pihak ketiga dalam waktu dekat adalah perusahaan infrastruktur kritikal, energi, dan minyak dan gas bumi. Pada saat yang sama, banyak organisasi di kawasan ini berencana berinvestasi dalam otomatisasi proses keamanan siber mereka.

Dalam 12 bulan ke depan, lebih dari separuh bisnis di sini (51%) mempunyai rencana konkret untuk mengimplementasikan perangkat lunak yang secara otomatis mengelola keamanan siber mereka, sementara 15% sedang mempertimbangkan hal tersebut.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS