Teten Masduki: 56% Pendapatan Pasar E-commerce RI Dikuasai Asing

marketeers article
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. Sumber gambar: Humas KemenKop UKM.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki melaporkan industri e-commerce di Indonesia masih dikuasai asing. Para pengusaha dalam negeri belum bisa menguasai pasar domestik dan masih menjadi penonton dari gurihnya bisnis digital.

Teten menyebut agar pengusaha Indonesia, terutama dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) menguasai pasar dalam negeri perlu kolaborasi semua pihak. Termasuk pula di dalamnya orang-orang berpengaruh atau influencer untuk turut mempromosikan produk lokal agar mampu melawan dominasi produk asing yang dijajakan di platform e-commerce atau lokapasar.

BACA JUGA: RUU Perkoperasian, Teten Masduki Pastikan Koperasi Makin Kuat

“Sekitar 56% total revenue pasar e-commerce kita dikuasai asing. Maka dari itu, kita butuh peran banyak pihak, termasuk influencer dalam mempromosikan produk lokal,” kata Teten melalui keterangannya, Rabu (20/9/2023).

Menurutnya, di tengah perubahan pola belanja offline ke online dan serbuan produk asing, peran influencer makin signifikan untuk turut serta mempromosikan produk lokal sehingga jasa mereka sangat dibutuhkan bagi perekonomian nasional.

BACA JUGA: Lewat Koponten, Teten Masduki Bakal Ciptakan 10 Ribu Santripreneur

“Kita butuh semangat bersama, semangat seluruh masyarakat Indonesia untuk mencintai produk dalam negeri. Karena kualitas produk buatan dalam negeri sudah bisa bersaing dengan produk asing,” katanya.

Teten bilang semangat untuk mencintai produk dalam negeri bisa membantu UKM untuk berkembang dan tumbuh secara berkesinambungan. Dia berkeinginan agar masyarakat Indonesia bisa mencontoh masyarakat Jepang yang memiliki falsafah, membeli produk dalam negeri adalah suatu cara untuk membantu negaranya menjadi bangsa yang besar.

Terlebih, kata Teten, peran UKM dalam perekonomian Indonesia sangatlah besar, dengan 97% lapangan usaha disediakan oleh usaha kerakyatan. Oleh karena itu, jika sektor tersebut terdampak maka akan sangat memengaruhi perekonomian nasional.

Berdasarkan riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef), hampir 90% dari 400 perusahaan e-commerce di Indonesia dikuasai oleh produk impor. Padahal, perputaran uang yang beredar di pasar e-commerce Indonesia bisa mencapai Rp 300 triliun.

Teten mengatakan jika masyarakat terdorong mengonsumsi barang lokal, maka keuntungan yang bisa diraih oleh UKM pun makin besar. Tak hanya itu, ekosistem perdagangan online bisa terbentuk dengan sangat baik. 

“Kalau UMKM kita bisa memanfaatkan setengah saja lewat produk-produk lokal, kita bisa mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi, sekitar Rp 150 triliun,” katanya.

Untuk bisa merebut pasar e-commerce yang dikuasai produk impor, Teten mendorong agar segera hadir regulasi yang lebih ketat. Pengaturan ekonomi digital, menurutnya sudah sangat mendesak untuk dilakukan.

“Di media sosial sudah banyak UKM yang mengeluh jika mereka sudah tidak bisa bersaing dengan produk dari Cina yang dijual dengan harga yang tidak masuk akal. Ini bukan lagi dumping, tapi predatory pricing. Pasar Tanah Abang sudah sepi. Brand skin care dan kosmetik lokal juga sekarang habis dibabat oleh produk impor, padahal sebelumnya pernah menguasai perdagangan digital di Tanah Air,” ucapnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS