Teten Masduki Ungkap Permintaan Rumput Laut Dunia Capai Rp 734,4 Triliun

marketeers article
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM. Sumber gambar: pers rilis.

Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) memperkirakan secara global permintaan rumput laut mencapai US$ 48 miliar atau setara Rp 734,4 triliun (kurs Rp 15.769 per US$) pada tahun 2030. Secara tahunan persentase pertumbuhan permintaannya mencapai 10,5%.

Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM menuturkan Indonesia dengan wilayah laut yang lebih luas bisa menjadi produsen rumput laut terbesar. Namun, hingga sekarang masih menjadi produsen kedua terbesar dengan menghasilkan 27,86% dari 35,8 juta ton produksi rumput laut dunia.

BACA JUGA: Ekspor Rumput Laut, Luhut Jajaki Pasar Korsel

“Negara kita masih mengimpor gandum cukup besar, padahal riset menyebutkan sebesar 30% gandum bisa disubstitusi dari olahan rumput laut. Jika potensi ini terus dimaksimalkan, Indonesia bisa menjadi penghasil rumput laut nomor satu dunia,” kata Teten melalui keterangannya, Jumat (3/11/2023).

Menurutnya, secara umum sekitar 65% produk rumput laut yang diekspor masih berupa bahan mentah atau non-olahan. Alhasil, hal itu tidak memberikan nilai tambah terhadap perekonomian nasional.

BACA JUGA: Potensinya Besar, RI Kembangkan Minyak Mentah Berbasis Rumput Laut

Padahal, kata Teten, rumput laut memiliki potensi untuk diolah menjadi bahan baku industri farmasi, kecantikan, dan lainnya. Untuk itu, pemerintah mendorong adanya industrialisasi rumput laut di Indonesia.

Industrialisasi ini didorong untuk melibatkan koperasi dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM). Dengan begitu, seluruh masyarakat bisa menikmati gurihnya bisnis rumput laut di Indonesia.

“Konsep industrialisasi berusaha melibatkan para pelaku koperasi dan UKM. Sehingga yang mengolah nanti harus koperasi dan UKM, jangan yang besar-besar supaya kue ekonomi bisa dinikmati oleh semuanya,” ujarnya.

Teten menambahkan pemerintah sedang menyiapkan Indonesia pada tahun 2045 sebagai negara maju, yakni negara yang pengetahuan dan teknologinya terus berkembang, dengan pendapatan per kapita tinggi. Hari ini pendapatan per kapita Indonesia baru mencapai US$ 4.500, sedangkan untuk menjadi negara maju yang ditargetkan tercapai 20 tahun lagi, minimal dibutuhkan US$ 13.000 pendapatan per kapita.

“Saat ini 97% lapangan kerja disediakan sektor mikro dan kecil, rata-rata usahanya masih bersifat ekonomi subsisten, hanya memenuhi kebutuhan keluarga dan bersifat informal. Kita bisa gagal menjadi negara maju kalau tidak segera menyediakan lapangan kerja berkualitas, salah satu program menuju negara maju yaitu, program industrialisasi atau hilirisasi,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS