Tiga Mantra Dino Patti Djalal Dukung Internasionalisme

marketeers article

Dalam rangka memperluas wawasan masyarakat Indonesia mengenai  hubungan internasional, mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mencoba mewujudkan keinginan tersebut. Untuk itu, digelarlah Conference on Indonesian Foreign Policy 2015 di Jakarta, Sabtu (13/6/2015)

Pada kesempatan tersebut, Dino menjelaskan adanya perubahan yang terjadi saat ini. Sekarang, lanjut Dino, bahasa persatuan di dunia bukanlah bahasa Inggris maupun bahasa Mandarin. Bahasa persatuan masyarakat dunia adalah inovasi, entrepreneurship, e-commerce, hingga e-government yang membuat dunia semakin berkembang. Untuk itu, penting bagi bangsa Indonesia untuk menjadi internasionalisme tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. 

“Mantra pertama, sukses, kehebatan, posisi bisa kita capai. Kita harus mulai memikirkan ada di mana posisi kita dalam dunia internasional. Kita adalah bangsa yang luar biasa. Tinggal kita memposisikan seperti apa di dunia internasional,” ujar Dino.

Mantra selanjutnya adalah negara tidak akan sukses jika bangsanya tidak peduli dengan keadaan luar. Mantra ketiga, negara akan sukses bila negara tersebut menerapkan strategi internasional. Salah satu strategi internasional yang dicanangkan Indonesia adalah meningkatkan ekspor hingga 300%. Adanya strategi-strategi yang dimiliki pemerintah Indonesia, sambung Dino, harus diapresiasi dan didukung.

“Jadi, pertanyaannya, apakah kita bisa menerapkan mantra-mantra ini untuk memacu kita menjadi memahami pentingnya internasionalisme ini,” jelas Dino.

Selain itu, untuk membangun internasionalisme, perlu adanya konektivitas di antara sumber daya manusia dan sumber daya alam dengan dunia global. Ia mengajak masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda untuk menghidupi smart internationalism. Untuk itu, ia menekankan agar kita memiliki pemikiran yang berorientasi pada masa depan secara kreatif.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Masurdi turut memberikan pandangannya terkait peran serta masyarakat Indonesia. Ia mengajak masyarakat berkomitmen untuk menjadi salah satu bagian dari solusi isu-isu internasional.

Banyaknya permasalahan internasional yang terjadi setiap hari, seperti kekerasan, perang menggerakkan bangsa untuk berperan aktif sebagai bangsa Indonesia. Retno mengatakan, dalam delapan bulan, pihaknya telah melakukan 25 diskusi dengan pemimpin dunia hingga mengadakan 53 pertemuan bilateral. “Ini menunjukkan kami sebagai bangsa Indonesia sangat memperhatikan isu-isu internasional dan berkomitmen menjadi bagian dari solusi,” pungkas Retno.

Related

award
SPSAwArDS