Tips UKM Go Digital ala Yayasan Dharma Bhakti Astra

marketeers article
Tips UKM Memasuki Go Digital Ala Yayasan Dharma Bhakti Astra (FOTO:Marketeers/IST)

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) dituntut untuk segera go digital lantaran perkembangan zaman yang mengarah ke semua yang serba-digital. Pemerintah juga mendorong pelaku UKM untuk meningkatkan layanan bisnis menjadi digital.

Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan setidaknya ada 30 juta UKM yang sudah go digital pada 2030 nanti. Terlebih pada saat pandemi, konsumen menuntut setiap usaha untuk mendigitalisasi layanan seiring dengan cara konsumen berinteraksi dengan bisnis yang banyak berubah.

Namun, dalam membangun UKM go digital, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, yakni mengenali apa yang menjadi tantangan dalam bisnis di era sekarang. Setiap sektor memiliki tantangan yang berbeda dalam mendigitalisasikan proses bisnis.

“Kuliner pasti berbeda dengan pertanian. Bengkel berbeda dengan manufaktur sehingga semua harus disesuaikan dengan bisnisnya. Sekarang banyak sekali platform yang dibuat,” kata Ida RM Sigalingging, Sekretaris Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra dalam Marketeers Hangout 2022: Ajang Kumpul UKM se-Indonesia bertema Belajar, Berkarya, dan Bertumbuh yang dihelat melalui Zoom, Rabu (10/8/2022).

Kedua, gali informasi mengenai digitalisasi sesuai kebutuhan bisnis. Kebutuhan informasi mengenai digitalisasi apa yang dibutuhkan sebuah bisnis dapat dicari dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, dan bisa juga menggali informasi melalui internet secara mandiri.

Ketiga, jangan ragu untuk mengubah bisnis dengan mendigitalisasi layanan. Ida menambahkan dalam mendigitalisasi layanan, sebuah bisnis tidak perlu langsung membeli peralatan yang canggih. Memasuki go digital, UKM bisa melakukan hal-hal kecil seperti menggunakan WhatsApp dan media sosial. Keempat, adalah melakukan evaluasi secara reguler.

“Yang penting adalah melakukan evaluasi secara reguler. Ketika proses digitalisasi tidak dirasa cocok, maka perlu dilihat apakah produknya, packaging-nya, atau prosesnya yang terlalu lama, atau cost-nya sehingga apa yang dikembangkan bisa sesuai dengan kebutuhan pasar,” ujarnya.

Kelima, jangan ragu berkolaborasi dan mengembangkan ekosistem digital yang ada.

“Artinya tim pintar itu harus kreatif. Harus riset, market butuhnya apa. Kolaborasi ini akan mengoptimalkan ekosistem digital yang ada,” ucapnya.

Keenam, yakni komitmen dan konsisten dalam menjalankan digitalisasi tersebut.

“Ketika pada suatu titik ada masalah, jangan langsung bubar jalan. Putus asa. Tapi bagaimana kita komitmen melihat lagi, mengevaluasi, apa kekurangan kita dibanding yang lain atau pasarnya beda dan ini konsisten. Yang sering menjadi permasalahan adalah ketika berbicara digital, berubah-ubah terus, akhirnya tidak ke mana-mana. Kita harus konsisten dengan produk kita, sesuai tidak dengan kebutuhan pasar,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS