Tranformasi, Kunci Industri Ritel dan Pusat Belanja Tetap Bertahan

marketeers article
BANGKOK MARCH 17, 2016: People walk inside the Siam Paragon Shopping mall. It is one of the biggest shopping centres in Asia.

Industri ritel dan pusat perbelanjaan mengalami tantangan yang cukup berat akibat pandemi COVID-19. Bahkan, sudah ada beberapa yang terpaksa menutup usaha mereka. Bagi pelaku usaha yang masih bertahan sampai saat ini, perlu bergerak untuk melakukan sesuatu untuk terus bertahan dan berkembang.

Menurut Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MarkPlus, Inc. adanya pandemi membuat pelaku di industri ini tidak bisa hanya beradaptasi saja. Perlu disertai dengan transformasi. Pusat perbelanjaan bukan lagi tempat orang berbelanja. Mereka juga menyalurkan kebutuhannya sebagai makhluk sosial di tempat itu.

“Pelaku ritel perlu berpikir apa yang bisa mereka lakukan, ketika menyongsong post pandemic COVID-19. 2021 adalah waktunya mereka untuk bertransofrmasi, tidak bisa hanya beradaptasi saja. Kita harus prepare untuk membuat mall & retail menjadi format yang baru,” ujar Hermawan dalam acara Marketeers Goes to Mall yang diselenggarakan oleh MarkPlus, Inc. dan Marketeers dengan tema Tenant’s Coffee Break “Shopping Mall: What’s Next? In Time of Recovery.”

Mengutip survey Deloitte, Hemawan juga mengatakan bahwa pusat perbelanjaan perlu mengubah beberapa hal. Di antaranya, keamanan harus diutamakan, namun tetap jadikan tempat tersebut nyaman bagi pengunjung. Selanjutnya, tenant perlu mengubah peran store mereka. Tenant perlu betransformasi untuk bertahan. Mereka perlu konsep baru, yang berbeda dan tidak terpikirkan sebelumnya.

Selaras dengan Hermawan, Alphonsus Widjaja selaku Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengatakan bahwa pusat perbelanjaan bukan lagi tempat untuk sekadar berbelanja, karena sudah banyak alternatif lain untuk belanja. Mereka memerlukan sesuatu untuk melampiaskan nalurinya sebagai makhluk sosial. Itulah yang harus dipikirkan oleh pelaku ritel. Perlu inovasi yang cerdik serta kreatif untuk bisa membuat konsep baru untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.

“Kalau kita lihat, sebetulnya pengunjung tidak perlu lagi tempat belanja, karena banyak alternatifnya. Mereka harus memikirkan suatu konsep baru agar pusat perbelanjaan tersebut tidak ditinggalkan oleh pengunjung,” tutur Alphonsus.

Alphonsus mengatakan bahwa pelaku ritel perlu paradigma yang baru, khususnya untuk menarik pengunjung dan membantu tenant. Pusat perbelanjaan harus bisa memberikan suatu konsep, bukan hanya sekedar menjual place for business, tapi menjadi whole business. Selain itu, tenant juga perlu memikirkan cara baru juga dalam berjualan. Bukan hanya buka toko saja, namun perlu adanya satu konsep belanja yang baru, agar produk mereka laris. Nantinya, tugas pengelola adalah mencari titik temu untuk pengunjung dan tenant.

“Sebagai pengelola pusat perbelanjaan, mereka harus memiliki kemampuan untuk merespon dan beraptasi setiap saat. Inovasi dan kreatifitas diperlukan. Hal tersebut dikarenakan sebagai pengelola, mereka harus bisa arrange kebutuhan visitor dan tenant,” tambah Alphonsus.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS