Trendjacking: Cara Membajak Tren untuk Meningkatkan Penjualan

marketeers article

Perbincangan yang sedang hangat di media sosial bisa menjadi sarana yang tepat untuk beriklan dan mendekatkan diri dengan konsumen. Teknik ini biasa disebut dengan trendjacking yang kerap dimanfaatkan pemasar atau merek melebarkan sayapnya.

Trendjacking merupakan salah satu teknik konten marketing yang mengharuskan brand memanfaatkan tren yang sudah besar atau menuju besar di masyarakat. Tren ini biasanya merupakan tren pop culture atau budaya pop yang lazim atau sedang marak diperbincangkan netizen Indonesia.

Sebenarnya, ini merupakan teknik lawas yang menggunakan berita-berita atau yang disebut newsjacking di surat kabar namun diperbarui menyesuaikan media sosial yang paling banyak digunakan. Lalu, bagaimana cara melakukan trendjacking yang efektif?

Urban Sneaker Society (USS) sebagai salah satu merek yang membidik pasar gaya hidup anak muda menjadi perusahaan yang gencar melakukan trendjacking dalam setiap proses pemasarannya. Ini merupakan perusahaan media end-to-end yang bertujuan untuk menghubungkan kaum muda, brand, dan tren yang selalu berkembang.

BACA JUGA: YouTube Jadi Layanan Streaming Video Paling Direkomendasi Tahun 2023

Melalui ekosistem bisnis yang kuat, USS ingin membuat revolusi di industri kreatif yang dapat menciptakan efisiensi pemasaran, dan memberikan interaktivitas yang besar dan dampak antara brand, konsumen, dan masyarakat. Jeffrey Jouw, Founder & Chief Marketing Officer (CMO) USS Networks menuturkan, ada dua kunci keberhasilan dalam melakukan trendjacking.

Kunci pertama adalah riset pasar dengan memanfaatkan berbagai tools yang akurat. Sedangkan cara kedua yakni tidak melakukan hard selling dalam membuat konten. Dia bilang, membutuhkan proses panjang untuk melakukan riset pasar terkait dengan konten-konten yang bakal diproduksi.

Biasanya pada proses ini membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan sebelum eksekusi. Tujuannya agar konten bisa menjadi viral dan tentunya berujung pada peningkatan penjualan.

“Risetnya bisa dilakukan dengan memakai survei kecil-kecilan di Instagram seperti melakukan survei kepada follower konten yang mereka sukai. Bisa juga dengan melihat data-data di internet tren kontennya seperti apa atau bekerja sama dengan perusahaan riset pemasaran. Kami tidak ingin membuat konten itu asal-asalan,” ujar sosok yang karib disapa Jejouw kepada Marketeers, Senin (5/6/2023).

BACA JUGA: Brand Ritual Bangun Loyalitas Pelanggan, Bagaimana Caranya?

Dari penuturannya, agar konten bisa diterima para pengguna sosial media yang didominasi oleh kalangan muda dari milenial, Gen Z, maupun di bawahnya, merek perlu berhati-hati dalam menyampaikan pesan. Sebab, generasi ini sangat sensitif dengan konten-konten yang menyiratkan makna promosi produk.

Hal ini dapat berpengaruh terhadap engagement rate konten yang dipublikasikan. Jika salah dalam memilih tren, dapat berdampak menjadi sentimen negatif di sosial media.

Risiko terburuknya yakni kehilangan konsumen loyal. “Target market Gen Z tidak suka hal-hal seperti itu, mereka melihat konten yang shareable. Jadi kita jangan sampai bikin konten ini jadi hard selling,” ujarnya.

Mengukur kesuksesan trendjacking

Untuk mengukur tingkat kesuksesan trendjacking, lanjut Jejouw, diperlukan evaluasi secara berkala. Merek tidak bisa secara terburu-buru menuntut investasi besar untuk produksi konten berbanding lurus terhadap peningkatan penjualan.

Sebab, bisa jadi peningkatan penjualan justru terjadi ketika tren itu sudah tidak gencar dibicarakan masyarakat. Pada tahap pertama, mengukur keberhasilan trendjacking melalui banyaknya eksposure atau perhatian yang diberikan netizen.

Ini dapat dilihat dari berapa banyak jumlah penonton, penyuka, dan pengguna sosial media yang meneruskan publikasi atau share konten. Selain itu, diperkuat dengan jumlah sentimen positif dan negatif yang berada di kolom komentar.

Di tahap kedua, merek harus memperhatikan awareness atau pengakuan netizen terhadap suatu produk atau jasa setelah menonton konten. Semakin tinggi awareness-nya, maka semakin sukses pula trendjacking yang dilakukan.

Sedangkan tahap ketiga, tentunya harus diukur dengan peningkatan penjualan. “Trendjacking sangat efektif membentuk awareness dari pengguna media sosial. Kami yakni ini bisa berdampak pada peningkatan penjualan atau setidaknya bisa tahu masyarakat butuh produk yang dijual dari merek-merek tertentu atau tidak,” kata Jejouw.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS