Grup Ajinomoto Indonesia menunjukkan peran aktif dalam menciptakan udara yang lebih bersih melalui inisiatif berkelanjutan di lini produksi dan operasional. Langkah ini menjadi bagian dari kontribusi perusahaan terhadap pengurangan emisi karbon sekaligus memperbaiki kualitas udara di Indonesia.
Indonesia saat ini masih menghadapi masalah serius terkait pencemaran udara. Berdasarkan laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2024, Indonesia menempati peringkat ke-15 dunia dengan konsentrasi PM2,5 mencapai 35,5 µg/m³.
BACA JUGA: Edukasi Pasar Tentang Penggunaan Garam, Ajinomoto Gelar Program GEMBIRA
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Grup Ajinomoto Indonesia mengembangkan program Ajinomoto Health Provider yang memadukan kepedulian terhadap kesehatan manusia dan keberlanjutan lingkungan. Inisiatif ini menjadi payung bagi berbagai aktivitas perusahaan yang berfokus pada pencapaian Net Zero Emission (NZE).
“Hingga kini, kami berhasil mengurangi jumlah buangan emisi karbon sebesar 223,2 ribu ton CO₂ per tahun dibandingkan tahun fiskal 2018,” ujar Samsul Bakhri, Direktur PT Ajinomoto Indonesia dalam siaran pers kepada Marketeers, Selasa (24/6/2025).
Perusahaan telah menghentikan penggunaan batu bara di pabrik Mojokerto dan sepenuhnya menggantikannya dengan biomassa yang berasal dari limbah pertanian. Selain itu, Ajinomoto memperkuat pemanfaatan energi terbarukan dengan bekerja sama bersama PT PLN (Persero) melalui program Renewable Energy Certificate (REC) sebagai bukti penggunaan listrik yang lebih ramah lingkungan.
Instalasi panel surya juga menjadi bagian dari strategi efisiensi energi perusahaan. Hingga akhir 2024, total kapasitas panel surya yang terpasang di pabrik Karawang dan Mojokerto telah mencapai 3,61 megawatt peak (MWP). Melalui berbagai sumber energi tersebut, perusahaan berhasil mengurangi emisi karbon tambahan sebesar 90 ribu ton.
“Penggunaan listrik bersertifikat (REC) hasil kolaborasi dengan PLN menjadi bukti konsistensi kami dalam memperluas penggunaan energi bersih,” tambah Samsul.
Selain sektor energi, Ajinomoto berupaya menekan limbah plastik melalui inovasi pada desain kemasan. Produk seperti AJI-NO-MOTO kini hadir dalam kemasan kertas, sementara Masako menggunakan bahan mono-material yang lebih mudah didaur ulang.
Upaya ini diperkuat dengan kolaborasi bersama perusahaan pengelola sampah, usaha mikro, kecil dan menengah (UKM), dan bank sampah di sekitar area operasional.
“Untuk menciptakan bisnis yang lebih ramah lingkungan, kami mengurangi penggunaan plastik dan mendorong partisipasi karyawan dalam pengumpulan sampah kemasan produk Ajinomoto,” jelas Jasman Silalahi, Direktur PT Ajinomoto Indonesia.
BACA JUGA: Strategi Ajinomoto Perkuat Positioning di Pasar Halal
Ajinomoto juga menerapkan prinsip ekonomi sirkular dengan mengolah hasil samping produksi menjadi produk bernilai tambah. Contohnya, tetes tebu dan daging ternak yang digunakan dalam proses pembuatan MSG dan Masako, menghasilkan sisa produksi yang kemudian diolah menjadi AJIFOL untuk pertanian dan FML untuk pakan ternak.
Inisiatif ini dijalankan melalui pendekatan yang disebut bio-cycle, yaitu sistem produksi berkelanjutan yang menjaga keseimbangan antara alam dan ketersediaan bahan baku.
“Di pabrik Ajinomoto, kami menjalankan praktik ekonomi sirkular dengan mengolah hasil samping dari proses produksi menjadi produk bernilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat,” tambah Jasman.
Bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Ajinomoto mengajak masyarakat berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan, termasuk dengan tindakan sederhana seperti memilah sampah rumah tangga.
Melalui pendekatan Ajinomoto Health Provider, perusahaan berharap dapat mendorong gaya hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan, sekaligus memperpanjang harapan hidup sehat masyarakat Indonesia.
Editor: Dyandramitha Alessandrina