Via Storytelling, Zenius Ajak Siswa Apresiasi Peran Guru

marketeers article
cheerful young little girl children using laptop computer with headphones studying through online e-learning system in chalkboard background.

Kegiatan belajar-mengajar berpindah ke rumah selama tiga bulan terakhir tidak hanya berpengaruh terhadap proses belajar siswa, tapi juga kondisi psikis. Menurut Amanda Witdarmono, Chief of Teachers Initiatives Zenius Educations, perusahaannya melihat banyaknya siswa yang merindukan interaksi dengan guru dan temannya.

Menyusul temuan ini, Zenius meluncurkan kampanye digital #THRuntukGuru. Melalui program ini, Zenius mengajak siswanya untuk memberikan apresiasi kepada guru mereka. Apalagi, aturan untuk memulai sekolah dengan normal masih belum ditentukan secara resmi

“Di masa pembelajaran jarak jauh ini, kami melihat peran guru yang tetap penting meskipun tidak bisa bertatap muka langsung dengan murid. Bahkan tantangannya jadi jauh lebih besar. Namun, para guru tetap berusaha berinovasi menghadapi proses belajar mengajar yang tidak mudah,” kata Amanda.

Program kampanye yang dilakukan dalam format kompetisi yang digelar pada pertengahan bulan Mei 2020 lalu ini sekaligus menjadi kanal bagi para siswa yang mengapresiasi gurunya. Siswa dapat menceritakan pengalaman mereka ketika berkomunikasi dan belajar dengan guru saat proses pembelajaran jarak jauh. Cerita dapat dibagikan melalui akun media sosial lengkap dengan foto dan teks.

“Kami telah memilih kisah yang gurunya paling inspiratif dan dedikatif selama mengajar jarak jauh. Kisah Izzan Faruqy Azzahhir siswa kelas satu SMA/MA Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah ini menceritakan gurunya yang seakan menjadi orang tua pengganti selama di pesantren,” kata Amanda.

Izzam bercerita lewat akun Instagramnya tentang seorang guru yang akrab dipanggil Ibu Nia, guru mata pelajaran Kimia di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah. Izzam menceritakan bahwa selama proses pembelajaran. gurunya kerap mengalami masalah koneksi, siswa yang tidak kondusif, dan interaksi yang kurang efektif.

“Tapi, Ibu Nia tetap berusaha mengajar hingga kami paham,” tulisnya.

Atas ceritanya ini, Izzam berhasil memberikan hadiah kepada gurunya sebesar Rp 5 juta, sementara dirinya menerima hadiah sebesar Rp 1,5 juta. Amanda mengatakan, ada dua pemenang lain dari 104 cerita yang masuk dan tidak kalang menginspirasi.

“Kontes ini sekaligus menjadi cara untuk menyebarkan awareness terhadap inovasi dan dedikasi yang diberikan para guru di masa sulit ini dari sudut pandang siswa mereka. Harapannya, tidak hanya guru, siswa-siswa lain juga dapat menyadari peran guru mereka dan semakin semangat untuk belajar,” pungkasnya.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related

award
SPSAwArDS