Waspadai Lima Penyebab Burnout Akibat WFH

marketeers article
emotional burnout, tired businessman at workplace in the office, stress concept

Dalam setahun terakhir, dunia kerja mengalami perubahan. Banyak perusahaan yang terpaksa membuat karyawannya bekerja dari rumah atau remote untuk mengikuti anjuran pemerintah. Namun, hal tersebut tampaknya berjalan cukup baik dengan bantuan teknologi. Kendati demikian masih ada sesuatu yang mengkhawatirkan yaitu kondisi karyawan.

Tidak hanya cemas tentang pandemi yang melanda. Banyak pemimpin di perusahaan saat ini khawatir soal produktivitas kerja para karyawan dan apakah sistem kerja yang diterapkan sekarang bisa sustain?

Berdasarkan riset yang dilakukan Microsoft, Work Trend Index, pandemi berdampak pada kesejahteraan karyawan selama bekerja. Melalui riset yang dilakukan, Microsoft menemukan lima temuan utama.

Pertama, pandemi membuat karyawan merasa kelelahan (burnout). Kedua, adanya perbedaan antara penyebab stres bagi mereka yang bekerja di garda depan dan remote dari rumah.

Penyebab stres dari para karyawan garda depan adalah kekhawatiran tertular COVID-19. Hal itu dikarenakan kurangnya peralatan yang dapat membantu mereka cukup terlindungi dan meningkatkan efektivitas social distancing. Sedangkan mereka yang bekerja remote merasa kurangnya kemampuan untuk memisahkan pekerjaan dan kehidupan.

Sumber: Microsoft

Ketiga, enam bulan setelah pandemi, karyawan mulai terbiasa dengan sistem komunikasi dan minim keterbatasan. Dengan bantuan teknologi, banyak orang kini dapat melakukan meeting secara online dan berbincang melalui panggilan suara atau bahkan chat tanpa batasan waktu tertentu. Terlepas dari upaya adaptasi dari karyawan, kemudahan ini kemudian berdampak pada berkurangnya batas antara bekerja dan kehidupan personal.

Keempat, bekerja jauh dari kantor dapat memengaruhi produktivitas karyawan. Kurangnya kemampuan memisahkan pekerjaan dan kehidupan pribadi membawa dampak negatif pada kesejahteraan karyawan.

Sumber: Microsoft

Bekerja commute atau pergi ke kantor dapat menciptakan batasan waktu tanpa gangguan untuk transisi mental. Hal ini merupakan aspek penting dari kesejahteraan karyawan dan produktivitas.

“Banyak orang mengatakan senang tidak perlu pergi ke tempat lain dan bisa menghemat waktu. Namun, tanpa rutinitas berangkat kerja tersebut, mereka justru kelelahan secara emosional di pengujung hari,” tutur Pemimpin Riset di Microsoft Research Shamsi Iqbal.

Kelima, meditasi bisa menjadi solusi dari persoalan burnout dan stres selama bekerja. Sebesar 70% responden mengatakan bahwa meditasi dapat membantu menurunkan stres karena pekerjaan. Meditasi diyakini mampu mengurangi stres, meningkatkan ketenangan dan kebahagiaan.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related

award
SPSAwArDS