Wow! Pasar Popok Bayi di ASEAN Rp 413 Triliun

marketeers article
Penjualan makanan bayi di Asia Tenggara pada tahun 2015 mencapai US$ 30 miliar, sedangkan penjualan popok bayi melampaui US$ 29 miliar atau setara dengan Rp 413 triliun dengan kurs di kisaran Rp 14.200. Tingginya urbanisasi, pertumbuhan kelas menengah, dan meningkatnya jumlah wanita bekerja di negara berkembang menjadi stimulus pertumbuhan tersebut.
 
Data tersebut dilontarkan oleh perusahaan riset Nielsen yang telah melakukan survei online di 60 negara kepada konsumen yang telah membeli produk perawatan bayi dalam lima tahun terakhir. Riset ini lebih jauh mengungkapkan alasan serta perjalanan pembelian konsumen terhadap produk perawatan bayi, apakah melalui offline atau online.
 
Merujuk riset tersebut, satu dari sepuluh konsumen di Asia Tenggara memiliki seorang anak berusia di bawah satu tahun. Torehan ini menjadi salah satu yang tertinggi di dunia atau dua kali lipat dari rata-rata pasar global yang hanya 5%. 
 
Dalam riset tersebut juga menyebutkan bahwa di Asia Tenggara terdapat 13% konsumen yang memiliki anak berusia 1-2 tahun dalam keluarga mereka. Bandingkan dengan rata-rata global yang hanya 9%. Connie Cheng, Head of Shopper Insights untuk Nielsen di Asia Tenggara, Asia Utara dan Pasifik mengatakan, orang tua sangat bijaksana dan cerdas dalam memilih perawatan anak mereka, mulai dari makanan, hingga popok yang digunakan.  
 
“Hanya sedikit ruang bagi mereka untuk berkompromi. Mereka bersedia menghabiskan lebih banyak biaya untuk mendapatkan kualitas,” katanya seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Marketeers, Rabu, (9/8/2015).
 
Dia menambahkan, tingkat kesejahteraan yang terus tumbuh, urbanisasi, serta meningkatnya jumlah wanita pekerja adalah tiga faktor utama yang mempengaruhi penjualan susu bayi, makanan bayi siap jadi dan popok bayi.
 
Namun demikian, sambung Cheng, persaingan pasar perawatan bayi saat ini cukup sengit. Berbagai macam merek dan produk hadir dengan berbagai pilihan harga untuk menarik perhatian konsumen. Terlebih, jangka waktu untuk membeli produk perawatan bayi relatif singkat. 
 
“Terlepas dari tantangan yang ada, peluang di pasar produk perawatan bayi masih besar,” ungkap Cheng. “Untuk bisa meraih keunggulan kompetitif di ruang yang didominasi hanya oleh sejumlah merek-merek besar, perlu ada pemahaman yang mendalam mengenai faktor apa yang mendorong pemilihan produk.”
 
Di Indonesia sendiri, pasar produk perawatan bayi sangat menjanjikan. Menurut Nielsen Consumer Panel Services pada Desember 2014, pasar produk batita (bayi di bawah tiga tahun) mencapai Rp 21 triliun. Hampir Rp 15 triliun-nya dialokasikan untuk belanja susu bayi dan popok. 
 
Survei itu juga menyebut, 20% belanja konsumen untuk produk consumer goods adalah untuk keperluan batita mereka. Tak heran, banyak pemain yang mengincar pasar ini. Salah satunya adalah Indofood yang berencana memasarkan produk diapers (popok sekali pakai), hasil joint venture-nya dengan perusahaan Jepang Oji Holdings Corporation.
 
 
Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS